Cara berpikir seperti ini tak pernah ada dalam Islam. Bayangkan sekelas Einstein, orang yang disematkan dengan kata jenius itu, tak mampu menangkap sinyal ilahi.

Pantaslah, ketika kembali Allah SWT menitipkan ajaran-Nya pada Rasulullah Muhammad SAW sebagai duta terakhir negeri akhirat, kalimat pertama sebagai fondasi perjalanan manusia menjelajahi bumi adalah bacalah. Bacalah dengan nama Tuhan-Mu yang menciptakan.

Berawal dari kalimat ini, lahirlah para ulama dan cendekiawan Muslim yang menguasai banyak bidang ilmu pengetahuan. Mereka laksana bintang - bintang yang bersinar di malam hari.

Sebut saja Ibnu Khaldun. Seorang tokoh terpenting dalam bidang sejarah dan sosiologi. Lengkapnya Abu Zayd Abd al  - Rahman ibnu Muhammad ibnu Khaldun al - Hadrami ( 1332 - 1406 ).

Beliau adalah bapak sosiologi modern yang diakui Barat, sebagai pemikir yang memberi pengaruh besar bagi cendekiawan Barat dan Timur, baik Muslim maupun non Muslim.

Ia juga dinisbatkan sebagai bapak ekonomi. Teori ekonominya telah ada jauh sebelum teori ekonomi Adam Smith (1723 - 1790) yang digunakan hari ini.

Muḥammad ibn Musa al - Khwarizmi (780 - 850), seorang ilmuwan yang menyumbangkan pemikiran terbesarnya dalam bidang ilmu matematika dalam kitab al - Mukhtasar fi Hisab al -Jabar wa al - Muqabalah ( Kompendium tentang Hitung Aljabar dan Persamaan ) tahun 825 . Karya - karyanya sangat berpengaruh bagi peradaban manusia.

Mark Zuckerberg, pemilik Facebook ini, bahkan  sangat mengidolakan Al - Khawarizmi. Karena tanpa Algoritma dan Aljabar, maka jangan pernah bermimpi ada Facebook, Whats App, BBM, Line, games bahkan komputer, katanya dalam salah satu komentarnya di media sosial.

Dari kalangan wanita, ada Mariam al - Astrolabiya al - Ijliya, hidup pada abad ke-10 di Aleppo, Suriah. Ia seorang mujahidah, wanita pertama yang dikenal sebagai insinyur mesin dalam bidang astronomi.

Mariam diakui ilmuwan Barat sebagai peletak batu pertama membangun astrolabe, alat penentu posisi matahari dan planet-planet. Saat ini, kita mengenal astrolobe sebagai versi modern Global Positioning System (GPS).

Jika agama menumpulkan ketajaman daya pikir seseorang, lalu mengapa begitu banyak para cendekiawan Muslim berkilau, cahayanya tak redup hingga abad modern ini ?

Jadi, berada dimana sebenarnya anak - anak muda Muslim?  Jangan bercermin pada masa lalu yang salah. Islam tak punya catatan trauma beragama. Justru sebaliknya Islam telah membuktikannya lewat sejarah yang dicatat dengan tinta emas.