Banjir informasi memang membuat percepatan paham - paham ini melaju tak terbendung, ibarat virus, merusak kecerdasan generasi muda Islam. Ketidaktahuan generasi muda Muslim akan kehebatan dan kebesaran agamanya, menjadikan paham ini seakan menyilaukan mata.

Agnostik dianggap sebagai gaya hidup modern. Generasi ini merasa seakan " lebih intelektual " bila mengakui dirinya seorang agnostik. Apa yang bisa diandalkan dari intelektual seseorang tanpa iman ?

Ketahuilah bahwa Iblispun mengakui keberadaan Tuhan dan tak mau tunduk pada aturan agama. Peradaban Barat telah sampai pada puncaknya. Sebentar lagi akan turun, digilir oleh Allah kepada yang lainnya. Tak ada yang abadi di muka bumi ini.

Umat Islam seperti baru terbangun dari tidur panjangnya. Kita terkagum - kagum dengan bangsa - bangsa yang sebelumnya justru kitalah yang  mengajari mereka membaca.

Dunia seakan terbalik. Generasi Muslim laksana bayangan yang terus mengekor kemana tuannya melangkah.

Jangan benturkan iman dan akal. Sejatinya  kedua sisi ini ibarat cinta sejati, sehidup sesurga. Sebab tanpa iman, akal tak sanggup mencerna sendiri, membuat kita terperangkap, hanya berputar - putar sekeliling alam. Meski beribu tahun tak tahu di mana akhirnya.

Bagi Muslim, menggunakan kemampuan untuk berpikir adalah sebuah keharusan. Bawalah hatimu ketika sedang menyelami sebuah bidang ilmu sebab di dalam hatimu bersemayam iman yg akan menggiringmu mengenali Tuhanmu.

Seandainya generasi ini mengerti bagaimana indahnya Islam, bagaimana sempurnanya agama ini, niscaya mereka akan jatuh cinta berulang - ulang kali, bukan malah melayang di ruang hampa udara.

Pergantian tahun ini hanyalah sebuah sinyal, bahwa setiap seratus tahun akan lahir seorang pembaharu.

Apakah itu nanti anak - anak kita ? In sha Allah, semoga Allah mengijabah doa - doa setiap orang tua yang disorongkan ke langit Allah SWT. Aamiin.

" Sesungguhnya Allah akan menurunkan setiap permulaan 100 tahun seorang mujjadid kepada umat yang akan ( tajdid ) mengembalikan kegemilangan agama mereka ". (HR : Abu Dawud no. 4291, dishahihkan oleh as - Sakhawi dan al - Albani).

Geldrop, 8 Jumadil Akhir 1443 H.