BERITABETA.COM, Namlea – Kodim 1506/Namlea, mengajak para guru dan siswa di Kabupaten Buru, Provinsi Maluku untuk mencegah serta menangkal paham radikalisme di masyarakat, lebih khusus lagi di kalangan generasi muda.

“Penyebaran faham radikalisame jadi perhatian serius Kodim 1506/Namlea. Dari sekian upaya untuk membendung penyebaran paham tersebut, mencegah adalah upaya paling efektif, salah satu upaya pencegahan yakni dengan melakukan sosialisasi langsung ke masyarakat, termasuk para guru dan siswa,”kata Dandim 1506/Namlea,Letkol Inf. Azis Syarifuddin SAg MI Pol kepada awak media di Namlea, Sabtu (16/11/2019).

Letkol Azis Syarifuddin mengatakan, Sosialisasi Cegah Tangkal Radikalisme diharapkan mampu memperkokoh mentalisme dan pemahaman Idiologi Pancasila guna mencegah ancaman bahaya radikalisme dalam rangka mewujudkan alat juang pertahanan yang tangguh.

Sebagaimana diketahui, kalau paham radikalisme kini menjadi momok yang menakutkan bagi keutuhan bangsa. Apalagi saat ini banyak berita hoax yang juga berpotensi memecah persatuan dan kesatuan umat.

Untuk itu, kata Azis bertepatan dengan kegiatan Pembinaan Teritorial Terpadu di Wilayah kerja Kodim 1506/Namlea,  guru dan lebih khusus lagi para siswa diajak belajar mengenali ajaran paham radikal termasuk kenapa warga bisa terpengaruh dan menjadi pengikutnya.

“Sejauh ini lingkungan kita kondusif dari pengaruh tersebut. Situasi yang aman ini harus dijaga dengan cara membekali anak-anak kita mengenai cara penanggulangan paham radikalisme,” ujar Letkol Azis Syarifuddin.

Lebih jauh dijelaskan, dalam rangka Pembinaan Teritorial Terpadu Kodim telah melaksanakan Sosialisasi Cegah Tangkal Radikalisme dipusatkan di Sekolah Yayasan Alfalah Desa Debowae, Kec. Waelata, Kabupaten Buru.

Dalam kegiatan itu, pengarahan terkait paham radikalisme serta upaya untuk mencegah dan menangkalnya dilakukan oleh Pasiops Kodim 1506/Namlea, Kapten Inf. Husain Malagapy  dan Kasat Intel Polres Pulau Buru, Iptu Sirilus Atajalim.

Di hadapan guru dan siswa, keduanya menegaskan, kalau pengikut paham radikalisme tidak menganut toleransi.Jangankan terhadap pemeluk agama lain, terhadap sesama muslim yang beda aliran saja juga kelompok radikalisme ini tidak bersikap toleran.

“Ciri paham radikal itu, salah satunya intoleran. Kelompok yang tidak sepaham biasanya dibilang kafir,” terangkan Malagapy..

Penganut radikalisme sangat fanatik terhadap madhab tertentu. Golongan ini juga lebih suka melakukan peribadatan sendiri bersama kelompoknya. Sangat jarang pengikut paham radikal mau menjalankan ibadah dengan aliran lain meskipun sesama Islam. Mereka juga sangat menghendaki perubahan dalam bentuk revolusi.

“Keyakinan terhadap kelompoknya sangat kuat. Fanatik yang berlebihan ini sangat berbahaya,” tegas Malagapy.

Sementara itu Letkol Azis Syarifuddin lebih jauh menjelaskan, kalau kegiatan yang dipusatkan di Desa Waelata itu disambut baik oleh pemerintah desa dan para guru.

Mereka berharap agar kegiatan  agar kegiatan sosialisasi seperti ini terus dilakukan guna membentengi para generasi muda dari upaya orang tertentu  yang memanfaatkan kondisi pemahaman anak-anaj generasi muda yang masig dangkal dan rentan terhadap pola fikir radikal.(BB-DUL)