BERITABETA.COM, Ambon –  Keluhan petani padi di Maluku terkait hasil panen yang tidak terserap [tidak dibeli] oleh Devisi Regional [Divre] Bulog Maluku, terjawab sudah.

Anggota Komisi IV DPR RI Dapil Maluku Saadiah Uluputty akhirnya mengkonfirmasi secara langsung keluhan petani ini dengan bertandang ke Kantor Bulog Maluku, Ambon,  Senin (18/4/2022).

Dalam kunjungan ini, politisi PKS itu bertemu langsung dengan Kepala Divre Bulog Maluku, Muhamad Taufik dan jajarannya.

Dalam pertemuan itu, Saadiah menyampaikan dalam setiap kunjungan ke lapangan petani selalu mengeluhkan mengapa Bulog tidak menyerap hasil panen petani. Kemudian, kenapa setiap musim panen harga gabah/ beras selalu anjlok.

“Saya sampaikan dua pertanyaan ini dan apa saja tugas dan peran Bulog,” kata Saadiah.

Menanggapi pertanyaan ini, Muhamad Taufik menjelaskan, kondisi Bulog saat ini tidak seperti sebelumnya.

Permasalahannya sejak tahun 2017 pemerintah tidak lagi memberikan penugasan kepada Bulog  terkait penyaluran beras miskin [Raskin]  dan juga beras jatah kepada setiap PNS dan TNI dan Polri.

“Bulog seperti mati suri. Kemampuan Bulog menyalurkan beras merosot tajam. Beras yang tak tersalurkan membuat gudang Bulog penuh. Karena tersimpan lama di gudang mutunya menjadi turun.

Sementara stok ketersediaan masih banyak akhirnya beras hasil panen dari petani juga tak bisa terserap,” papar Taufik menjawab.

Menurutnya, adanya perubahan kebijakan dengan tidak menjadikan Bulog sebagai penyalur kepada masyarakat, akhirnya memicu persoalan besar dengan beras yang menumpuk di gudang Bulog.

Keputusan dan kebijakan ini memiliki konsekwensi dan bisa berdampak kepada petani.

“Selama ini, pengadaan beras Bulog sebesar 10 % dari produksi beras nasional telah menjadi pengendali pasar dari gejolak, baik yang berasal dari gangguan panen karena perubahan  iklim, cuaca dan hama penyakit maupun ulah tengkulak,” ungkapnya.

Dikatakan, dampak lain yang terjadi juga pada stabilitas harga gabah atau beras. Selama ini rastra bukan saja efektif sebagai penjamin warga mendapat akses pangan murah, tapi juga sebagai instrumen stabilisasi harga gabah atau beras.

Uluputty menjelaskan, terkait pertanyaan hasil beras petani yang tidak diserap, Bulog pun menjawab bahwa persoalan gabah yang tidak diserap, karena beras hasil petani di Maluku banyak yang tidak memenuhi kualitas.

“Ini menjadi masalah, karena teknologi pasca panen harus diperbaiki,” tandas Uluputty.

Selain itu,  Bolog Maluku masih terkendala soal persoalan transportasi dan ongkos mobilisaai yang tinggi. Ada kebijakan Tol Laut yang bisa menjadi solusi tapi distribusi bisa sampai 8 hari belum lagi biaya handling di pelabuhan yang cukup tinggi.

“Atas kondisi ini, kepala Bulog Maluku juga meminta kepada saya kiranya dapat menyuarakan aspirasi Bulog  ke Pemerintah Pusat. Insya Allah ini akan menjadi referensi bagi kita  untuk mendapatkan solusi terbaik kedepan,” tandas Uluputty (*)

Editor : dhino pattisahusiwa