Hilirisasi Pertanian, Jalan Panjang Menuju Kedaulatan Pangan

Dalam konteks Maluku, hilirisasi pertanian menjadi pintu emas untuk membangkitkan ekonomi daerah. Potensi rempah, pala, cengkih, kelapa, dan sagu adalah kekayaan yang belum tergarap optimal. Selama ini, hasil pertanian banyak yang keluar dalam bentuk bahan mentah dengan nilai tambah rendah.
Jika dilakukan hilirisasi misalnya pala menjadi minyak atsiri, cengkih menjadi bahan baku farmasi, kelapa menjadi olahan makanan dan kosmetik, maka Maluku bukan hanya pemasok bahan mentah, tetapi pemain penting dalam rantai nilai global.
Namun saya ingin menegaskan, hilirisasi pertanian bukan semata proyek ekonomi. Ia adalah proyek kebangsaan. Dengan hilirisasi, kita berbicara soal kedaulatan pangan, kemandirian ekonomi desa, bahkan pengurangan ketimpangan antarwilayah.
Saat petani di Maluku, NTT, Papua, hingga Kalimantan merasakan manfaat dari nilai tambah pertanian, maka pembangunan Indonesia benar-benar berkeadilan.
Tantangannya tentu tidak ringan. Hilirisasi seringkali terbentur pada birokrasi, minimnya koordinasi antar kementerian, dan lemahnya keberpihakan kebijakan.
Sebagai legislator, saya terus menyuarakan agar setiap kebijakan anggaran benar-benar diarahkan untuk memperkuat ekosistem pertanian dari hulu hingga hilir.
Hari Tani Nasional ini adalah momentum untuk mengingatkan bahwa tanpa keberpihakan nyata, jargon hilirisasi hanya akan berhenti di dokumen perencanaan.
Di sisi lain, partisipasi masyarakat juga sangat penting. Koperasi tani, kelompok usaha bersama, hingga inisiatif lokal harus diberi ruang tumbuh. Hilirisasi yang bertumpu pada rakyat akan lebih kokoh daripada hilirisasi yang hanya mengandalkan investasi besar tanpa melibatkan petani.
Hilirisasi sejatinya adalah tentang distribusi keadilan, agar petani sebagai produsen utama tidak lagi menjadi pihak yang paling dirugikan.
Saya percaya, jika hilirisasi pertanian dijalankan dengan serius dan berpihak, Maluku akan bangkit sebagai pusat rempah yang kembali mendunia. Lebih jauh lagi, Indonesia akan berdiri tegak sebagai bangsa yang berdaulat atas pangannya sendiri.
Maka, Hari Tani Nasional tahun ini, selain saatnya kita memberi penghormatan kepada petani, juga saatnya memastikan bahwa kerja-kerja strategis untuk hilirisasi benar-benar dijalankan.
Petani kita layak mendapat lebih dari sekadar janji. Mereka layak mendapat kepastian bahwa jerih payahnya dihargai, hasil panennya bernilai tinggi, dan masa depannya terjamin. Hilirisasi pertanian adalah jawabannya. Kini, tantangan kita bersama adalah memastikan bahwa jalan panjang menuju kedaulatan pangan tidak hanya dirintis, tetapi benar-benar ditapaki dengan kesungguhan.
Selamat Hari Tani Nasional 2025. Mari kita jadikan momentum ini sebagai langkah nyata untuk menempatkan petani di posisi yang semestinya: berdiri tegak, bermartabat, dan menjadi pilar utama kedaulatan bangsa (*)