Gubernur berharap kampus ini dapat menjadi agen perdamaian dan inovasi sosial di tengah tantangan sosial budaya di Maluku, seperti meningkatnya konflik antar kampung dan menguatnya paham keagamaan transnasional yang mengabaikan nilai-nilai lokal.

“UIN AM Sangadji harus memperkuat kemitraan dengan pemerintah daerah, dunia industri, lembaga riset, dan komunitas lokal. Kampus tidak boleh terpisah dari realitas sosial masyarakat,” tegasnya.

Nama Abdul Muthalib Sangadji yang diabadikan sebagai nama universitas, menurutnya, bukan sekadar simbolik.

Sosok Sangadji adalah tokoh historis, pejuang, dan cendekiawan Maluku yang mewariskan nilai-nilai keberanian, kemandirian, dan cinta tanah air.

“Warisan intelektual dan spiritual beliau harus menjadi panduan dalam merancang masa depan kampus ini,” ucap Lewerissa.

Menutup sambutannya, Gubernur mengajak seluruh civitas akademika untuk menjadikan kampus ini bukan hanya sebagai tempat menimba ilmu, tapi juga sebagai pusat perdamaian dan inovasi sosial yang menjaga nilai-nilai persaudaraan dan harmoni khas Maluku.

Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Gubernur Maluku, Forkopimda, Wakil Ketua DPRD, Sekda Provinsi Maluku, para bupati/walikota, pimpinan perguruan tinggi negeri dan swasta, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga tokoh pendidikan se-Maluku (*)

Pewarta: Febby Sahupala