In memoriam, Perginya Pemimpin Saka Mese Nusa

‘Pertarungan’ saya dengan Almarhum bermula pada Pilkada 2017. Beliau maju sebagai calon Bupati dan Saya maju sebagai calon wakil Bupati. Saya rasakan betul suasana kebathinan yang terjadi dengan munculnya dua matahari di negeri. Dari satu negeri, Negeri Luhu.
Pertarungan Pilkada merupakan panggung kontestasi untuk memilih pemimpin. Fakta empiris tak dapat dielakkan. Negeri Luhu, petuanan dan sebagian masyarakat SBB berharap nakhodah SBB dibawah kepemimpinan beliau. Beliau memenangkan tarung Pilkada tersebut. Beliau dilantik. Saya memberi ucapan selamat.
Sejak beliau memimpin SBB, kami jarang bertemu. Namun, itu tidak mengurangi makna silaturahim yang terbangun. Pada momen pernikahan di Negeri Asilulu, kami berdua semeja. Ketika anaknya menikah di kediaman beliau di Galunggung, saya hadir. Resepsi di Gedung Islamic Center Waihaong, saya dan isteri juga datang.

Saya ingat, Ketika saya dan isteri akan berangkat menunaikan ibadah haji pada 2017, dua anak beliau datang ke rumah. Melepas dan mendoakan kepergian kami. “Papa seng bisa datang, papa bilang katong dua datang”, Iqbal (anggota DPRD Maluku), putra beliau menyampaikan pesan waktu itu.
Di Embarkasi Makasar saat akan terbang ke Jeddah, kami saling sapa akrab. Maka, wafatnya Meme Yasin, menjadi duka yang amat mendalam.
Banyak ungkapan duka cita mengalir. Bendera setengah tiang berkibar sedih. Pertanda, sosok Meme Yasin dicintai oleh warga SBB. Meninggalnya beliau yang mendadak dan cepat, adalah takdir. Namun menjadi kabar yang amat menyesakkan. Ujung perjalanan hidup tak seorangpun yang dapat perkirakan. Ia adalah rahasia di genggaman-Nya.