Catatan : M. Suhfi Majid 

Duka menyelimuti Seram Bagian Barat (SBB). Ratusan ribu mata sembab melepas kepergian sang pemimpin, Haji Muhammad Yasin Payapo, Bupati SBB. Bagi siapapun yang mendengar kabar wafatnya almarhum, duka dan sesak menyelimuti.

Saya tak dapat datang melayat, memberikan penghormatan terakhir. Atau menghantarkan beliau ke tempat istirahat karena jarak dan pemberlakuan PPKM Level 4. Namun, seperti warga SBB yang mendapat kabar ini, tak kuasa menahan haru.

Menyapa pribadi dengan panggilan akrab, saya memanggil beliau Meme. Meme Yasin. Atau Meme Haji Yasin. Ibu saya juga mewanti itu ketika kami dilantik bersama pada 16 September 2014 sebagai anggota DPRD Propinsi Maluku. Saya ingat, beberapa hari setelah pelantikan, kami bertemu di kantor DPRD di Karpan. Saling bersapa dan saling berpelukan hangat.

“Alhamdulillah, bisa sama-sama di DPRD, Meme Haji”. Almarhum terbahak mendengar panggilan tersebut.

Bisa saja itu panggilan yang membuatnya tergelitik, karena saat mengundang rapat di Komisi D DPRD Maluku ketika beliau menjadi Ketua LPMP, kami senantiasa bersapa dengan panggilan formal. Tidak pernah mendengar kata Meme. Hingga hari itu, beberapa waktu setelah pelantikan, almarhum mendengar kata Meme Haji.

“Mama di Luhu yang bilang beta untuk sapa begitu”, jawab saya merespon tawa beliau. Seperti biasa, dengan suara lembut dan pelan beliau merespon. “Wera (=begitu) Pak Suhfi”. Tawa kami pecah.

Pemilu 2014 adalah sejarah. Untuk kali pertama, Negeri Luhu mengirimkan dua anak negerinya ke Karang Panjang. Saya dan beliau mewakili Dapil SBB, dari 5 kursi yang diperebutkan.  Selama itu pula kami sering komunikasi dalam menjalani hari – hari di Karang Panjang.