Menurut Rovik, keterlambatannya itu ada pada penyedia yang kontraknya agak lama. Seterusnya, berjalan hingga angka 31 Milyar, dengan pekerjaan senilai 75 persen bangunan ini.

Kemudian, Pekerjaan diputus kontraknya dan dilanjutkan tahun 2022 dan ternyata apa yang kita lihat dari sisi estetikanya bangunan ini tidak bagus.

"Inikan tempat operasi, ICU, seharusnya dibikin yang bagus-bagus. Dari kwalitasnya, pintu-pintu sudah hancur dan rusak,"ungkapnya.

Sementara itu, Kata Rovik, karena terjadi perubahan, maka pekerjaan ini masih kurang 10 milyar untuk penyelesaian fisik. Bahkan, kalaupun ditambah 10 milyar, bangunan ini belum bisa digunakan karena masih butuh uang sekitar 40-50 miliar untuk kebutuhan dalam ruangannya.

"Meskipun ditambah, bangunan ini tidak bisa difungsikan karena tidak ada peralatannya didalam,"kata Rovik.

Rovik menjelaskan intinya dari awal perencanaannya tidak dilakukan dengan baik.

"Ini asal bangun dan tidak membuat perencanaan dengan baik. Nanti setelah kita lihat perkembangannya jika selesai baru kita lihat bagaimana dengan peralatannya,"jelasnya (*)

Pewarta : Febby Sahupala