"Kita sekarang mengalami kehampaan dan mereka (Lanit'e) ingin membawa kita, untuk bagaimana mengisi kembali kehampaan. Supaya kita menemukan kembali kekuatan jati diri dan trust. Saling percaya satu sama lain. Di tengah-tengah masyarakat yang sudah hampir tidak ada saling percaya lagi, semua sudah saling membunuh, saling membenci, saling mengkafirkan satu dengan yang lain atas nama dewa-dewa segregasi," tandasnya.

Sebagai generasi tua, Watloly mengaku bersyukur, bahwa kerinduan selama ini akan terobati, karena ada penerusnya.

"Ada agen-agen muda yang bisa meneruskan itu. Apalagi menurut saya, mereka ini muncul dengan sebuah tekad luhur. Mereka muncul dengan kerohanian budaya yang kuat. Selama ini kan kita hidup dalam ragawi budaya kita. Kita hidup dalam kerohanian budaya," pungkasnya.

Acara peluncuran yang berlangsung sederhana ini, diisi dengan drama monolog bertajuk "Malu-Ku" yang dibawakan dengan apik oleh La Ode Masri, Amhy Sayuti, dan Ifda Makatita. Kemudian ada Orasi Kebudayaan dari Pimpinan Lanit'e, M. Fazwan Wasahua, serta Stand Up Comedy Kebudayaan dibawakan Walken Tamher (Juara 1 Stand Up Comedy Ombudsman RI Perwakilan Maluku), yang mampu mengocok perut para undangan yang hadir.

Selain Profesor Watloly, sejumlah undangan yang terlihat hadir antara lain seniman sketsa yang juga pekerja kemanusiaan dan jurnalis senior Embong Salampessy, Wali Talqin Thoriqoh Qadariah wa Naqsyabandiah Maluku Ustad Erwin Notanubun, serta dua sastrawan Maluku yang juga jurnalis senior, yakni Rudi Fofid dan Dino Umahuk (*)

Editor : Redaksi