Panji - panji Palestina dibentangkan. Cinta mereka kepada saudaranya yang sedang terus berjuang melawan ketidakadilan penguasa dunia, diekspresikan dalam setiap lembar episode kemenangan.

Tak cukup sampai di situ. Melajunya Maroko ke semi final, membuka durasi jendela Islam di mata dunia. Berharap semoga menjernihkan kembali wajah Islam yang dikeruhkan, menjaring hembusan Islamophobia.

Di negeriku mungkin tak begitu berpengaruh. Tapi bagi kami di belahan bumi di sini, sungguh menjadi sebuah keberkahan.

Keindahan syariat digelar dalam kepingan  perhelatan. Media - media sosial merekam momen - momen indah, meng counter berita - berita miring yang akan diabadikan dalam helai - helai sejarah.

Momen dimana dunia bisa berpikir kembali bahwa ternyata tanpa alkoholpun mereka bisa menikmati kesenangan lebih damai dengan akal yang terus dalam kondisi seratus persen sehat bin sadar.

Dan ummat Muslim telah membuktikan itu dalam momen - momen emas minus alkohol. Tanpa bermaksud menyamakan kedua peristiwa ini. Sekedar membuka lembaran usang berdebu yang hampir punah termakan waktu.

 

Momen Timnas Maroko Sujud Syukur Rayakan Kemenangan Atas Spanyol (Foto: AP/Martin Meissner)

Skenario kemenangan demi kemenangan tim Maroko untukku, seperti membuka kisah ratusan tahun sejarah Andalusia ketika pasukan Thariq bin Ziyad diperintah oleh Musa bin Nushair, gubernur jenderal Al - Maghrib  menyeberangi selat Gibraltar menuju semenanjung Iberia.

Pasukan Thariq hanya dengan kekuatan setengahnya berhasil menaklukkan pasukan kerajaan Visigoth Andalusia yang datang dengan kekuatan penuh berjumlah dua kalinya Al - Maghrib dalam pertempuran Guadalete tahun 711 M.