Maroko dan Pesan Bilatusy Syuhada

Sebuah anak panah menancap di jantungnya. Sang Panglima itu pergi dengan gagahnya, meninggalkan pasukan Muslimin. Tak ada lagi komando. Saatnya mereka dibantai dari segala arah.
Tragedi Bilatusy Syuhada menjadj akhir dari perjalanan kemenangan Islam di belahan Eropa.
Sejatinya, pasukan Muslimin telah berhasil membebaskan sepertiga wilayah Kerajaan Prancis.
Salah satu jejak yang ditinggalkan adalah kota Ramatuelle di Tenggara Prancis yang dicomot dari bahasa Arab Rahmatullah. Kota ini masih dapat disaksikan hingga kini.
Kemenangan pasukan Prancis diabadikan menjadi merk minuman alkohol legendaris, Martell 732.
Seorang filsuf Prancis, Gustave Le Bon yang hidup antara tahun 1841 - 1931, menulis dalam karyanya La Civilization des Arabes (Peradaban Arab).
"Jika saja pasukan Muslimin menang dalam Battle of Tours, apa yang akan diperoleh Prancis waktu itu ? Prancis akan mendapatkan peradaban berkembang yang sama yang diperoleh Spanyol di bawah panji peradaban Islam. "
Begitulah hikmah yang sedang Allah titipkan kepada ummat Islam bahkan Allah abadikan dalam surah Al - Anfal tentang ghanimah atau harta hasil peperangan.
Tersebab ghanimah ini banyak kaum Muslimin terkapar dalam kekalahan. Entah dalam perang maupun dalam kesehariannya.
"Dalam Kemenangan dan kekalahan, mereka bersujud kepada Tuhan mereka untuk Bersyukur dan Menghargai Dia dalam Sujudush-Shukur. Mereka belum bisa memenangkan Piala Dunia, tapi mereka memenangkan hati kami sebagai Singa Afrika dan Arab yang sesungguhnya. Mereka telah menunjukkan semangat dan semangat juang untuk membuktikan bahwa dunia salah tentang Afrika dan Arab,"
(Kalimat di atas, ku kutip dari salah satu wawancara pemuda - pemuda Muslim di sini ).
Marocco, terima kasih untuk menyuguhkan cinta pada Palestina. In sha Allah, semoga Allah izinkan kita bertemu lagi dalam laga dunia yang akan datang (*)
Geldrop, 22 Jumadil Awal 1444 H.