Saya juga ingin mengapresiasi peran pemuda dan komunitas yang mulai bergerak menjaga lingkungan: melakukan bersih pantai, menanam mangrove, membentuk bank sampah dan membangun gerakan nol plastik.

Energi positif ini harus diperkuat dengan dukungan kebijakan dan insentif nyata dari pemerintah. Kita perlu ekosistem kolaborasi, bukan hanya untuk menanggulangi dampak, tetapi juga untuk mencegah kerusakan yang lebih luas.

Sebagai wakil rakyat dari Maluku, saya membawa suara pulau-pulau kecil yang mungkin jauh dari hiruk pikuk pusat kota, tapi sangat dekat dengan garis depan perubahan iklim. Jika kita gagal melindungi wilayah-wilayah ini, kita bukan hanya kehilangan pulau, tetapi juga kehilangan identitas bangsa maritim.

Rehabilitasi mangrove, pemulihan terumbu karang dan perlindungan wilayah pesisir harus mendapat perhatian prioritas dalam alokasi anggaran nasional.

Hari Bumi adalah momen refleksi. Ia mengingatkan kita bahwa waktu kita semakin sempit. Kita bisa membangun lebih banyak jalan, gedung dan kawasan industri, tetapi kita tidak bisa membangun ulang ekosistem yang telah rusak parah.

Maka sekaranglah saatnya mengubah arah: dari eksploitasi menjadi konservasi, dari keserakahan menjadi kepedulian, dari kelalaian menjadi keberpihakan.

Menjaga bumi adalah menjaga kehidupan. Dan tugas ini bukan milik pemerintah semata, tapi tanggungjawab moral kita semua. Bumi bukan warisan nenek moyang, tetapi titipan dari anak cucu.

Mari kita jaga ia dengan sepenuh hati, agar mereka kelak masih bisa hidup di bawah langit yang biru, menghirup udara yang bersih dan memandang laut yang bening. (*)