Oleh : Novita Irma Diana Magrib, ST. MT. IPM (Akademisi UKIM Ambon)

Kehadiran mobil listrik menjadi fenomena baru dalam dunia otomotif. Mobil konvensional yang selama ini berbahan bakar diganti komponen listrik sebagai tenaga penggeraknya.

Masyarakat dan konsumen pengguna kendaraan pada saatnya nanti dituntut untuk menyesuaikan diri dengan era baru dunia otomotif abad ini.

Jika kita menilik sejarahnya, sebenarnya  mobil listrik sudah mulai populer pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, tapi kemudian popularitasnya meredup karena teknologi mesin pembakaran dalam yang semakin maju dan harga kendaraan berbahan bakar bensin yang semakin murah.

Krisis energi pada tahun 1970-an dan 1980-an pernah membangkitkan sedikit minat pada mobil-mobil listrik, tapi baru pada tahun 2000-an, para produsen kendaraan semakin intens menaruh perhatian yang serius pada pengembangan kendaraan listrik.

Hal ini turut disebabkan oleh harga minyak yang melambung tinggi pada tahun 2000-an serta banyak masyarakat dunia yang sudah sadar akan buruknya dampak emisi gas rumah kaca.

Saat ini pencemaran udara di perkotaan menjadi permasalahan yang serius. Penggunaan bahan bakar minyak yang dipergunakan sebagai penggerak bagi kendaraan, sistem ventilasi mesin dan yang terutama adalah buangan dari knalpot hasil pembakaran bahan bakar yang merupakan pencampuran ratusan gas dan aerosol menjadi penyebab utama pencemaran udara.

Beberapa permasalahan yang menimbulkan penurunan kualitas udara adalah peningkatan penggunaan kendaraan bermotor dan konsumsi energi di kota- kota, yang jika tidak dikendalikan akan memperparah pencemaran udara, kemacetan, dan dampak perubahan iklim yang menimbulkan kerugian kesehatan, produktivitas, dan ekonomi bagi negara.

Kondisi inilah yang menyebabkan mobil listrik menjadi kendaraan alternatif untuk menjaga kualitas udara di perkotaan. Apabila dibandingkan dengan mobil konvensional, mobil listrik memiliki beberapa kelebihan yang potensial, dimana yang paling utama adalah mobil listrik tidak menghasilkan emisi kendaraan bermotor.

Selain itu, mobil jenis ini juga mengurangi emisi gas rumah kaca karena tidak membutuhkan bahan bakar fosil sebagai penggerak utamanya.

Sayangnya, penggunaan mobil listrik secara meluas dan masif belum dapat terlaksana, karena harga mobil listrik yang masih jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran dalam biasa.

Hal ini disebabkan karena  baterai hibrida dengan komponen baterai ion lithium didalamnya sangat mahal.

Selain itu baterai mobil listrik saat ini ternyata harus dilakukan penggantian rutin setiap 3-10 tahun sekali. Tapi hal itu tergantung juga dari jenis dan pola penggunaan dan perlakuan terhadap baterai yang digunakan. 

Sekalipun saat ini harga baterai mulai turun karena mulai diproduksi dalam jumlah besar, namun animo masyarakat untuk menggunakan mobil listrik dalam aktifitas kesehariannya masih tergolong sangat rendah.

Hal ini disebabkan masyarakat masih berpikir tentang keberadaan stasiun pengisian mobil listrik yang masih minim, sehingga membuat masyarakat ketakutan jika baterai kendaraan listriknya kehabisan daya sebelum mereka sampai di tujuan.

Kini mobil listrik telah banyak diciptakan dan dikembangkan oleh pabrikan-pabrikan mobil terkenal diberbagai negara termasuk Indonesia.

Mobil listrik konvensional dan mobil listrik solar cell kini juga telah dikembangkan dan dikombinasikan dengan komponen-komponen detail elektronika yang memiliki peran penting dalam pemakaian dan penggunaannya.

Salah satunya adalah komponen sensor elektrodinamika  yang dipakai dan dirangkaikan untuk pemisah atau pemilih charger baterai kendaraan sesuai dengan yang diinginkan.

Semua ini dilakukan agar perancangan kendaraan sesuai dengan mekanisme pengelolaan manajemen konsumsi dan penggunaan energi kendaraan itu sendiri demi menghemat pemakaian daya selama mobil bekerja.

Seperti halnya mobil berbahan bakar minyak pada umumnya, mobil listrik juga dilengkapi dengan panel indikator yang berfungsi sebagai sarana informasi penting bagi pengemudi.

Selain itu,  untuk mengetahui kondisi kendaraan secara langsung saat berkendara sehingga pengemudi merasa nyaman dan aman serta dapat melakukan tindakan dengan cepat dan tepat ketika terjadi sesuatu pada kendaraanya.

Misalnya, untuk mengetahui kecepatan laju kendaraan, indikator kapasitas baterai, jarak yang masih dapat ditempuh, suhu mesin, indikator lampu utama, lampu sein, dan indikator lainnya.

Adapun sebuah mobil listrik memiliki dua sistem penunjangnya, yaitu sistem mekanik dan sistem elektronik. Sistem mekanik adalah sistem yang berhubungan dengan chasis, gas dan pengereman, serta sistem stering, sedangkan sistem elektronik adalah sebuah sistem yang berhubungan dengan motor listrik, sensor-sensor monitoring, dan pemilihan charger pada mobil listrik ini.

Selain aspek positifnya, hal-hal lain yang dianggap masyarakat sebagai kendala dalam kepemilikan mobil listrik adalah harus memperbesar daya listrik rumah.

Selain itu mobil listrik masih dibatasi oleh jarak tempuh dan kecepatannya, karena sebagian besar mobil listrik yang saat ini telah diproduksi, jangkauannya masih sekitar 160 km.

Alhasil, mobil listrik saat ini masih kurang pas digunakan untuk perjalanan jarak jauh. Disamping itu waktu/durasi pengisian baterai memakan waktu lama cukup lama. Jika mobil konvensional hanya perlu mengisi BBM beberapa menit, bahkan kurang dari lima menit hingga tangki penuh, pengisian daya baterai mobil listrik bisa memakan waktu antara 4-6 jam hingga penuh.

Masyarakat juga belum terbiasa dengan mobil listrik yang nyaris tidak bersuara, sehingga mereka masih menyukai mobilnya mengeluarkan suara baik itu dari mesin atau knalpot. Sisi negatif lainnya, pada umumnya kebanyakan mobil listrik yang saat ini tersedia berukuran sedang sampai kecil sehingga kapasitas muatnya sangat terbatas.

Oleh karena itu, mobil listrik dianggap belum pas jika digunakan untuk kendaraan keluarga. Selain itu, mobil listrik saat ini hanya bisa dinikmati di wilayah kota-kota besar saja, karena sistem kelistrikannya lebih stabil jika dibandingkan dengan sarana kelistrikan pada wilayah perkotaan kecil dan kabupaten yang pada umumnya kondisi sarana kelistrikannya masih kurang stabil. 

Kemudian meskipun ramah lingkungan, masih banyak negara belum memberikan insentif untuk menurunkan pajak mobil listrik. Alhasil mobil listrik saat ini tetap masih mahal dan hanya bisa dinikmati kalangan orang berpendapatan tinggi.

Ada kabar yang cukup menggembirakan, pemerintah telah menetapkan revitalisasi perhatian pengelola negara terhadap Permenristekdikti No. 13 yang telah ada sejak Tahun 2015.

Regulasi ini mengatur tentang Rencana Strategis Kemenristekdikti Tahun 2015-2019 yaitu berkaitan dengan penyelenggaraan fasilitas penelitian Iptek yang berhubungan dengan Pangan dan Pertanian, Energi Baru dan Terbarukan, Kesehatan dan Obat, Transportasi dan Telekomunikasi, Informasi dan Komunikasi, Teknologi Pertahanan dan Keamanan.

Termasuk pengembangan lebih maju PLN dengan sasaran membangun pembangkit listrik yang dapat menghasilkan daya 35 ribu watt diberbagai daerah yang dikhususkan untuk pasokan kebutuhan mobil listrik nasional.

Fasilitas ini akan dikembangkan PLN dengan membangun Sarana Pengisian Listrik Umum (SPLU) yang akan diletakkan di lokasi-lokasi strategis pada berbagai kota besar.

Untuk itu, semua komponen pemerintah daerah diminta membantu dan mendukung pengembangan mobil Listrik demi mendukung program pemerintah pusat yang berhubungan dengan konservasi energi.

Provinsi Jawa Timur khususnya kota Surabaya telah melakukan hal ini dengan melakukan berbagai inovasi dan penelitian mobil listrik  berpusat di ITS (Institut Tekhnologi Surabaya) yang bukan tidak mungkin dapat memproduksi mobil listrik nasional secara massal.

Pemerintah kota Surabaya bahkan juga membuat program Green City yang salah satu komponen pendukungnya adalah mobil listrik ini. Pemerintah akan senantiasa mendukung penelitian mobil listrik nasional agar negara kita tidak tertinggal jauh dari negara-negara lain yang sudah mulai memproduksi mobil listrik secara masal.

Selamat datang mobil listrik, selamat memasuki era baru dunia otomotif (*)