BERITABETA.COM – Umat Islam di seluruh dunia mulai memasuki bulan Ramadan, bulan suci yang dilalui sambil menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh dan diakhiri dengan Hari Raya Idul Fitri  pada 1 Syawal di Kalender Hijriyah.

Puasa dilakukan pada saat matahari terbit hingga matahari terbenam setiap harinya selama Bulan Ramadan. Matahari terbit (Fajar) dan matahari terbenam (Magrib) berbeda-beda di berbagai belahan dunia sehingga menyebabkan perbedaan waktu puasa pula.

Gulf News merangkum perbedaan waktu puasa negara-negara di dunia yang diperhitungkan sejak Senin (6/5/2019), sebagai berikut (jam, menit) Ada negara dengan durasi  puasanya paling lama dan ada pula  yang paling cepat.

Dikutip dari Gulf News, berdasarkan waktu salat di kota-kota besar negara-negara di dunia dengan menghitung interval antara waktu subuh dan magrib pada hari pertama puasa ramadan tahun ini, diketahui bahwa warga Muslim di kota Murmansk, Rusia adalah yang paling lama berpuasa.

Murmansk hanya mengalami malam selama tiga jam, sebelum matahari terbit lagi pada pukul 01.41. Itu artinya, durasi puasa di kota ini pada hari pertama ramadan selama 20 jam 45 menit.

Sementara kota kedua, yakni Lulea di Swedia dengan waktu puasa selama 19 jam 43 menit. Di urutan ketiga, ada kota Reykjavik di Islandia dengan durasi puasa mencapai 19 jam 26 menit.

Adapun kota di dunia dengan durasi puasa paling singkat adalah Ushuaia di Argentina. Durasi puasa di kota tersebut tepat 11 jam, di mana matahari terbit pada pukul 06.57 dan terbenam pada pukul 17.57.

Sedangkan kota kedua dengan durasi puasa terpendek adalah Capetown di Afrika Selatan dan Santiago di Chile. Rio de Jeneiro di Brazil menjadi kota di dunia dengan durasi puasa terpendek berikutnya.

Di Indonesia, subuh pada awal Ramadan tahun ini pada pukul 04.35, dengan waktu magrib pada pukul 17.48. Berarti waktu puasa di Indonesia sekitar 13 jam 13 menit. Namun di negara-negara di mana waktu siangnya jauh lebih lama dibanding malamnya, berdasarkan fatwa maka waktu berpuasa mengikuti waktu puasa kota terdekat yang memiliki waktu siang dan malam seimbang. Adapun durasi berpuasa ini hanya berdasarkan ramadan hari pertama.

40 Hari Tanpa Matahari

Murmansk, sebuah kota besar di bagian barat laut Rusia (Lingkaran Arktik utara). Di kota ini, malam bisa berlangsung selama 40 hari dan matahari bersinar selama 63 hari.

Di sini, di Rusia Utara, satu tahun dibagi menjadi malam kutub dan hari kutub (atau disebut juga matahari tengah malam). Hari kutub terjadi ketika matahari tidak pernah tenggelam di balik cakrawala, melainkan hanya tampak “berputar” di sekitar langit selama berhari-hari (22 Mei – 22 Juli).

Namun demikian, bagi 307 ribu orang yang tinggal di sini, kota dengan malam kutub, angin yang menusuk, lereng-lereng es, dan “gaji” Utara ini adalah rumah. Mereka bahkan memanggil kota mereka dengan sebutan penuh kasih sayang: Monamourmansk. Sementara, dengan dikelilingi tundra, taiga, pegunungan, fyord, dan laut, kota ini menyajikan pemandangan yang lebih dari luar biasa.

Beberapa warga yang berpesta sepanjang malam kerap menanyakan waktu kepada para pejalan kaki. Mereka bertanya apakah saat itu pukul 11.00 siang atau malam.

Beberapa apartemen dan hotel yang bagus di kota ini memasang tirai tebal di setiap kamar. Dengan begitu, sinar matahari tidak akan mengganggu Anda untuk beristirahat. Penduduk setempat berkata, “Saya ingat, ketika kecil, ibu saya menutup jendela dengan selimut karena tirai sederhana tidak akan membantu (menghalangi sinar matahari). Anak-anak bisa terbangun pada pukul 02.00 dini hari dan sangat sulit untuk menjelaskan kepada mereka bahwa masih terlalu dini untuk bangun.”

Warga setempat mengatakan bahwa selama hari kutub, tagihan listrik mereka praktis nol. Namun, semua uang yang ditabung selama musim panas akan dihabiskan selama malam kutub. (BB-DIO)