Setelah hidup dalam ketidakjelasan dan kesulitan selama beberapa dekade, akhirnya timbullah konflik antara komunitas Maluku dan pemerintah Belanda. Kedua pihak akhirnya sama-sama menyadari bahwa komunitas Maluku di Belanda tidak akan pernah kembali ke Maluku (RMS). Maluku adalah bagian dari Republik Indonesia. Masa depan mereka ada di Belanda. 

Sebagai salah satu bentuk penyelesaian konflik maka pemerintah Belanda kemudian membangun Moluks Historisch Museum di Utrecht. Museumnya didirikan tahun 1987 (dibuka untuk umum tahun 1990), namun terpaksa tutup di tahun 2012 karena krisis finasial.

 

Museum Bronbeek, Arnhem | dokpri

Moluks Historisch Museum menceritakan mengenai Kepulauan Maluku, periode pindahnya komunitas Maluku ke Belanda, kehidupan awal mereka di Belanda, hingga integrasi mereka menjadi "orang Belanda".  

Kebetulan saya tidak pernah datang langsung ke Moluks Historisch Museum tersebut. Kisah mengenai orang Indo dan Maluku yang saya lihat secara langsung adalah di Dutch Resistance Museum (Verzetsmuseum) Amsterdam, dan Bronbeek Museum, Arnhem.

Dutch Resistance Museum sebenarnya membahas bagaimana resistensi penduduk Belanda saat mereka dijajah oleh Jerman di masa Perang Dunia II. Namun, sejak tahun 2005 ada 1 ruangan khusus yang didedikasikan untuk menceritakan kisah Perang Dunia II di Indonesia (di bawah pendudukan Jepang) serta periode setelahnya (perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia).  

Narasi di Dutch Resistance Museum tersebut dibentuk dari kisah-kisah perseorangan yang menceritakan alur sejarah secara kronologis. Ada pula rekaman oral history dari 5 orang yang menceritakan sudut pandang sejarah dari kelas sosial yang berbeda: Belanda, Indo, Indonesia, Peranakan Cina-Indonesia, dan Maluku! 

Di museum ini orang Maluku benar-benar ditampilkan sebagai teman yang membantu orang Belanda dan Indo. Bahkan, diceritakan kalau banyak grup resistensi yang dibentuk oleh komunitas Maluku untuk membantu orang-orang Belanda dan Indo yang dimasukkan ke camp internir oleh Jepang. 

Bagi saya yang orang Indonesia, narasi seperti ini terasa agak aneh, karena bagi saya orang Maluku adalah orang Indonesia juga. Tetapi bagi Belanda, menceritakan peran orang Maluku secara terpisah dari orang Indonesia pada umumnya penting untuk politik internal mereka.