Pemkot Terapkan Dua Metode Belajar Siswa Siswi di Kota Ambon
BERITABETA.COM, Ambon – Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon menerapkan dua metode pembelajaran bagi siswa-siswi SD dan SMP di Kota Ambon selama masa pandemi Covid-19 berlangsung.
Dua metode ini masing-masing, system belajar online atau dalam jaringan (daring) dan system bejalar offline atau luar jaringan (luring)
Kepastian ini dismapaikan Kepala Dinas Pendidikan (Diknas) Kota Ambon, Dr. Fahmi Salatalohy kepada wartawan di Ambon, Jumat (8/8/2020).
Menurutnya, kebijakan ini diambil untuk mengatasi masalah dalam pemberlakuan system online, karena tidak semua siswa memiliki hand phone android dan tidak semua berada pada jangkauan fasilitas internet yang memadai.
“Jadi kita sesuaikan dengan kondisi yang ada,” kata Fahmi.
Kebijakan ini, kata Sallatalohy, diputuskan setelah pihaknya melakukan dua kali pertemuan lewat Fokus Grup Diskusi, untuk mencari solusi terkait hal ini, agar ada kebijakan dari Pemkot Ambon terhadap metode pembelajaran siswa di Kota Ambon.
Masalah tersebut juga telah disampaikan ke komisi II DPRD Kota Ambon dan membahasnya bersama. Seluruh data-data terkait siswa yang belum memiliki android juga telah disampaikan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).
“Kita tunggu kebijakan Walikota terkait kebutuhan siswa itu. Apakah akan difasilitasi oleh daerah atau seperti apa, tergantung kebijakan Walikota nanti,” jelasnya.
Sementara tentang jaringan internet seperti wifi atau penggunaan data internet bagi siswa yang tidak memiliki fasilitas internet juga telah dibahas bersama.
Terkait dengan rujukan Kemendikbud tentang penggunaan dana BOS bagi pengadaan data internet bagi siswa juga sudah dibahas bersama Komisi II DPRD. Dan siswa bisa difasilitasi menggunakan dana BOS untuk membeli data internet.
“Ini akan kami awasi, apakah sekolah-sekolah sudah mentaati edaran kementerian itu atau belum, agar dilakukan pemerataan di seluruh sekolah,” jelasnya.
Sistem belajar ini disesuaikan dengan status kewilayahan dalam aturan protokol kesehatan yang berbasis zona. Misalnya, kalau wilayah yang statusnya zona merah atau orange, belum bisa melalsanakan sistem belajar tatap muka.
Bahkan, bagi wilayah zona hijau pun juga beresiko terjadi penyebatan virus. Sehingga, pihaknya sangat berhati-hati dalam penerapan sistem belajar tatap mukan.
“Anak dengan usia SD dan SMP itu sangat rentang terhadap serangan virus. Untuk itu kami sangat berhati-hati sekali dengan sistem belajar tatap muka,” tandasnya. (BB-AHM)