Pilih Mundur dari Stafsus Presiden, Segini Kakayaan Belva dan Andi
BERITABETA.COM – Dua staf khusus Presiden Joko Widodo resmi mengundurkan diri. Mereka adalah Adamas Belva Syah Devara dan Andi Taufan Garuda Putra. Keduanya menjadi sorotan di media sosial beberapa hari belakangan, karena terlibat dalam dua program yang dijalankan pemerintah Presiden Jokowi. Adamas Belva Syah Devara memilih lebih dulu mundur dari jabatnnya.
Adamas Belva Syah Devara diketahui sebagai pemilik perusahaan PT Ruang Raya Indonesia. Sebuah startup teknologi yang berfokus pada pendidikan berbasis online menjadi sorotan publik.
Pria kelahiran Jakarta, 30 Mei 1990 ini merupakan alumnus dari 3 universitas bergengsi di Amerika Serikat yakni Harvard University, Massachusetts Institute of Technology, dan Stanford University.
Anak muda yang kerap disapa Belva Devara ini, mulai merintis startup Ruangguru pada tahun 2014 bersama rekannya Iman Usman yang diplot sebagai chief product & partnership officer.
CEO sekaligus Founder Ruangguru, ini akhirnya memutuskan mundur dari jabatannya sebagai Staf Khusus Presiden Jokowi, karena keterlibatan perusahaannya di pelatihan Kartu Prakerja 2020.
Tak cuma mempersoalkan posisinya saat itu sebagai stafsus milenial Jokowi, banyak kalangan mempertanyakan status Ruangguru yang merupakan perusahaan PMA asal Singapura. Karena perusahaan asing, Ruangguru dinilai tak layak mengelola pelatihan Kartu Prakerja yang menyedot anggaran hingga Rp 20 triliun dari APBN tersebut
Sementara Andi Taufan Garuda Putra telah mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Staf Khusus Milenial Presiden Joko Widodo pada Jumat 24 April 2020. Pengunduran dirinya sebagai stafsus Jokowi telah disetujui Presiden.
Andi Taufan adalah pemilik PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), yang juga terlibat dalam edukasi lapangan ke masyarakat desa dan pendataan kebutuhan alat pelindung diri (APD) Puskesmas.
Ia menjadi jadi perhatian publik lantaran mengirim surat berkop Sekretariat Kabinet (Setkab) tertanggal 30 Maret 2020, meminta para camat seluruh Indonesia untuk mendukung perusahaannya dalam program Relawan Desa Lawan Covid-19 yang diinisiasi oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Tindakan Andi tersebut pun menuai protes dan kritik dari masyarakat. Dia dinilai sengaja memanfaatkan posisinya di lingkaran Istana. Kritik itu tak pudar kendati dia telah meminta maaf dan mendapat teguran keras dari Istana.
Terlepas dari keterlibatan kedua anak muda ini dalam pusaran kepentingan program pemerintah, redaksi beritabeta.com mencoba mengangkat sisi lain dari kedua anak muda ini dengan mengutip beberapa sumber tentang kekayaan kedua staf milenial ini.
Seperti apa kekayaan Adamas Belva Syah Devara dan Andi Taufan Garuda Putra?
Dikutip dari kompas.com, Adamas Belva Syah Devara tercatat pernah melaporkan hartanya sebagai pejabat negara pada 20 Februari 2020 atau awal saat dirinya menjabat di lingkaran Istana.
Belva Devara tercatat sebagai pejabat di Unit Kerja Staf Khusus Presiden di Sekretariat Negara. Total harta kekayaan yang dilaporkannya yakni sebesar Rp 1,3 triliun atau tepatnya Rp 1.308.449.186.319.
Harta terbesarnya tercatat berupa surat berharga dengan valuasi sebesar Rp 1.305.115.544.921, lalu harta berupa kas dan setara kas sebesar Rp 2.968.641.398, dan harta lainnya Rp 115.000.000.
Untuk harta bergerak, Belva Devara melaporkan memiliki sebuah mobil Honda HRV tahun 2014 seharga Rp 250.000.000. Dia tercatat tak memiliki harta kekayaan tanah maupun bangunan.
Ruangguru perusahaan PMA Singapura Sementara itu, Belva Devara sendiri tidak menyangkal bahwa Ruangguru merupakan perusahaan PMA asal Singapura. Namun dia membantah jika mayoritas sahamnya dimiliki oleh investor Singapura.
Sementara Andi Taufan Garuda Putra, diketahui mendirikan Amartha pada tahun 2010. Perusahaan ini berfokus pada layanan pinjaman online (pinjol), khususnya untuk usaha mikro di pedesaan yang belum terakses perbankan.
Taufan merupakan jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB), lalu melanjutkan pendidikannya hingga memperoleh gelar Master of Public Administration (MPA) dari Harvard Kennedy School.
Beberapa penghargaan juga diterima pria kelahiran Jakarta 33 tahun lalu ini. Sederet penghargaan yang diterimannya antara lain Entrepreneur of the Year Finalist EY, Satu Indonesia Award Astra, Laureate Global Fellow International Youth Foundation, dan Ganesha Innovation Champion Awards Alumni ITB.
Dilansir dari situs KPK Sebagai seorang pengusaha startup fintek Amartha kekayaan Andi Taufan mencapai Rp 536,36 miliar!
Seiring berjalannya waktu, perusahaan ini berkembang dan resmi bertransformasi menjadi perusahaan fintech peer to peer lending pada 2016 dan telah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Dikutip dari laman resminya, Amartha telah menyalurkan pendanaan hingga Rp 2,38 triliun dan memberdayakan 502.852 pengusaha mikro. Perusahaan ini pun tergolong memiliki tren kegagalan pengembalian pinjaman yang sangat rendah, di mana TKB 90 mencapai 99,49 persen.
Bisnis rintisan atau startup ini memiliki fokus pembiayaan yang diarahkan kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta perempuan terutama di pedesaan.
Dalam keterangan di laman resminya, para pendana Amartha pun mendapatkan keamanan atau manajemen risiko dengan implementasi upaya sistem tanggung renteng, dengan potensi keuntungan hingga 15 persen per tahun. Di sisi lain, besaran pinjaman yang diberikan Amartha berkisar antara Rp 3 juta sampai Rp 15 juta dengan tenor enam bulan hingga satu tahun.
Lantaran karirnya yang mentereng dalam pendirian startup pinjol, dia diangkat menjadi Staf Khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2019 lalu. Selain Taufan dan Belva Devara, enam lima milenial lainnya yang diangkat sebagai Staf Khusus milenial yang ditugaskan untuk membantu kerja presiden.
Sebagai informasi, Staf Khusus Jokowi tersebut adalah Founder dan CEO Creativepreneur Putri Tanjung (23), Pendiri Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi (36).
Kemudian, Pendiri Yayasan Kitong Bisa dan Duta Pembangunan Berkelanjutan Indonesia Gracia Billy Mambrasar (31), Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia (32), dan Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PMII) Aminuddin Maruf (33) (BB-DIP)