BERITABETA.COM, Namlea –  Seorang bapak berinisial JL (49), asal Desa  Waekase, Kecamatan Airbuaya, Kabupaten Buru, Maluku diduga tertular Covid-19, dari anaknya yang merupakan teman seperjalanan dari Jakarta dengan Pasein 01 Buru (Mahasiswa asal NTT) beberapa waktu lalu.

JL diketahui positif setelah dilakukan Rapid Test Sabtu siang (25/4/2020) oleh tim medis. Selain JL tim medis juga melakukan Rapid Test tehadap keluarga dua adik mahasiswa berinitial EL dan GW di Desa Waekase.

Juru bicara (Jubir) Satgas Covid-19 Kabupaten Buru, Nani Rahim di Namlea, mengungkapkan tim medis berhasil melakukan Rapid Test terhadap bapak, ibu dan dua adik dari EL. Tiga orang hasilnya negatif dan hasil Rapid Test untuk bapak dari EL, berinitial JL, bereaksi positif.

“Kasus bapak JL ini baru terbaca melalui Rapid Test bereaksi positif dengan tingkat akurasinya di atas 80 persen. Namun untuk pastikan harus di-swab  dengan uji PCR. Sedangkan anaknya EL, sudah di-swab tenggorokan dan tinggal menunggu hasil PCR keluar,” ungkap Nani Rahim, Sabtu malam (25/4/2020).

Sedangkan terhadap keluarga mahasiswa berinitial GW, tim medis tidak dapat menemukan mereka di dalam kampung Waekase II. Konon, satu keluarga ini memilih bersembunyi di suatu tempat karena merasa dikucilkan warga kampung pascaanaknya dievakuasi dari kampung tanggal 23 April lalu karena hasil Rapid Test bereaksi positif.

Meski tracing yang dilakukan tim medis di Kabupaten Buru mendapat respon yang positif dari sejumlah kalangan, namun masih ada pula netizen yang menyebar kebencian melalui media sosial trerkait kerja-kerja tim medis ini.

Salah satu akun facebook atas nama Marko Madelove Humlatu, pada halaman facebooknya mencoba membela rekannya GW dan menyerang balik Tim Kesehatan Satgas Covid-19 Kabupaten Buru yang dituding berlaku semena-mena terhadap GW.

Marko Madelove Humlatu mengaku GW sempat dikarantina di Senyum Bupolo selama 14 hari sebelum balik ke kampung. Padahal, ‘setali tiga uang’ dengan GW yang tidak jalani karantina, Mako yang juga sedang pulang kampung ini diduga tidak jalani karantina padahal ia juga datang dari zona merah Covid 19.

Dari rekam jejak digitalnya yang ditinggalkan, Marko alias Mako ini terakhir tinggalkan Jakarta tanggal 27 Maret lalu dan jejaknya berada di kota Namlea, Kabupaten Buru tanggal 2 April lalu.

Ada dugaan ia tidak jalani karantina mandiri, termasuk hanya berdiam di rumahnya, karena jejak digitalnya juga terbaca berada di salah satu lokasi di Passo, Kecamatan Baguala, kota Ambon pada tanggal 17 April lalu. Terakhir terlacak ada lagi di Namlea tanggal 22 April lalu.

Lantas bagaimana sampai bapak di kampung Warkase II ini bisa terbaca Rapid Test bereaksi positif ? Sedangkan ia tidak datang dari zona merah dan juga tidak bepergian jauh.

Dari hasil penelusuran wartawan medis ini terungkap, berawal dari anaknya yang pulang bersamaan dengan mahasiswa NTT. Mereka tiba di Namlea dengan KM Dorolonda tanggal 31 Maret lalu dan dijemput teman kontak erat berinitial FN, serta sempat menjalani karantina di Senyum Bupolo selama 14 hari.

Saat pengambilan Rapid Test pertama tanggal 8 April lalu, hanya mahasiswa asal NTT yang hasilnya terbaca positif. Sedangkan EL dan yang lain negatif.

Setali tiga uang dengan mahasiswa asal NTT itu, EL juga mengecoh tim kesehatan dengan merobah huruf awal di depan namanya E menjadi I. Marganya yang berawalan L diganti dengan marga lain berawalan N.

Kemudian saat di-Rapid Test kedua tanggal 14 April lalu, hasil yang terbaca sangat diragukan, sehingga IN palsu alias EL dianjurkan jangan pulkam dahulu dan melanjutkan karantina di Rumah KAT di Jalan Pendopo Wabub.

Namun  yang bersangkutan memilih pulang ke Waekase II dan kumpul bersama bapak, ibu dan kedua adiknya serta bertemu dengan banyak orang di kampung halamannya.

Kemudian pada tanggal 17 April lalu hasil PCR HM mahasiswa asal NTT ini diumumkan positif,  EL masuk dalam daftar 21 nama mahasiswa klaster pertama yang harus ditracing, termasuk pula GW yang juga berada di kampung Waekase II dan tidak pernah dikarantina di Senyum Bupolo.

Dua rekan mereka WW dan JW, konon kabarnya belum sempat pulang kampung, karena hasil Rapid Test  tanggal 14 April lalu bereaksi positif dan tetap memilih dikarantina di Penginapan Silta, di Lala, Kecamatan Namlea.

Saat tim kesehatan  provinsi tiba dan melakukan pengambilan swab tenggorokan dua kali pada tanggal 20-21,  EL dijemput dan dievakuasi ke Penginapan Silta.

Selanjutnya, informasi yang berhasil dihimpun lebih jauh menyebutkan, sambil menunggu hasil PCR 9 orang dari Kabupaten Buru keluar,  Tim Satgas Covid-19 Buru sudah menyiapkan langkah-langkah untuk tracing lagi banyak orang bila nanti PCR bereaksi positif terhadap mereka yang telah di-swab.

Langkah terjelek, akan mengosolasi seisi Kampung Waekase II bila hasil PCR mahasiswa EL ini kelak bereaksi positif.  Salah satu langkah yang diambil duluan mendahului dengan merapid test keluarga dekat, termasuk keluarga EL.

Nani Rahim mengaku Tim Satgas Covid-19 Buru telah melakukan  pendekatan persuasif dengan kedua keluarga  ini agar mereka lebih terbuka dengan tim yang melakukan trancing.

“Dalam lingkungan sosial, kedua keluarga pasien ini merasa dikucilkan, dianggap sebagai pembawa virus corona di desanya, sehingga pada saat tim tiba di lokasi keluarga terkesan tertutup. Bahkan keluarga dari GW menghindari tim pemeriksa,”bebernya lagi.

Hasil Rapid Test terhadap ayah EL ini akan disampaikan satgas covid 19 melalui Puskesmas Bara Kecamatan Airbuaya.

“Adapun rencana evakuasi  dari 1 orang yang positif Rapid Test akan kami diskusikan dengan satgas malam ini,”tutup Nani Rahim (BB-DUL)