BERITABETA.COM, Palu - Pimpinan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, Sulawesi Tengah, Ali Ahmad alias Ali Kalora tewas dalam kontak tembak.

Ali tewas dalam kontak tembak antara Satuan Tugas Madago Raya dengan anggota kelompok yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) teroris, di Pegunungan Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sabtu (18/9) pukul 18.15 WITA.

Selain Ali Kalora, satu orang anggotanya juga meninggal, yakni Jaka Ramadhan alias Ikrima.

Informasi yang disadur dari metrosulteng.com menyebutkan,  sumber Satgas menyebutkan, penembakan terhadap gembong teroris buronan negara itu terjadi pada pukul 18.15 WITA.

“Telah diperoleh informasi dari anggota Satgas 1 Madago Raya terkait terjadinya kontak senjata di wilayah Desa Astina Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong,” begitu pesan dari sumber.

Kontak senjata terjadi di wilayah Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parimo, antara pers Madago Raya dengan DPO Teroris Poso, diperkirakan terjadi di kolam Alpha 12.

Salah satu DPO yang tewas identitas dari wajahnya diduga kuat adalah Ali Kalora dan Jaka Ramadhan. Sejauh ini pihak Satgas Madago Raya belum memberi keterangan resmi terkait tewasnya dua DPO tersebut.

Salah satu jenazah korban kontak senjata dengan Satuan Tugas Madago Raya yang diduga kuat Ali Ahmad alias Ali Kalora (Foto sumber : metrosulteng.com)

Menurut sumber di lapangan jika terjadi baku tenbak antara Satgas Madago Raya dan DPO teroris dengan lokasi kurang lebih 5 km dari kejadian Buana Sari.

Danrem 132 Tadulako Brigjen TNI Farid Makruf juga membenarkan informasi tersebut dengan menyatakan salah satu anggota kelompok Ali Kalora.

"DPO diduga Ali Kalora dan Jaka Ramadhan saat ini dalam perjalanan menuju TKP," kata Makruf seperti dikutip dari kompas.com.

Ali Kalora dan kelompoknya diduga bersembunyi di hutan belantara di sekitar Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Setelah Santoso tewas pada tanggal 18 Juli 2016, dirinya diduga menggantikan posisi Santoso sebagai pemimpin di kelompok MIT bersama dengan Basri.

Setelah Basri ditangkap oleh Satgas Tinombala, Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian pada 2016 menetapkan Ali Kalora sebagai target utama dari Operasi Tinombala.

Ali Kalora lahir di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso. Ia memiliki seorang istri yang bernama Tini Susanti Kaduka, alias Umi Farel.

Nama "Kalora" pada namanya, diambil dari desa tempatnya dilahirkan, sehingga nama Ali Kalora seringkali digunakan di media massa.

Ali Kalora merupakan salah satu pengikut senior Santoso di kelompok Mujahidin Indonesia Timur.

Setelah kematian Daeng Koro—salah satu figur utama dalam kelompok MIT, Ali dipercayakan untuk memimpin sebagian kelompok teroris yang sebelumnya dipimpin oleh Daeng Koro.

Faktor kedekatannya dengan Santoso dan kemampuannya dalam mengenal medan gerilya membuat ia diangkat menjadi pemimpin (*)

Editor : Redaksi