Selain itu, ekstrak dagga liar merupakan ekstrak tanaman yang dijadikan substansi ganja di beberapa negara dan mempunyai efek sedatif atau penenang.

Zat cannabinoid sintetis jenis AB-CHMINACA biasanya disemprotkan ke bahan lain, seperti tembakau atau tanaman dagga yang terkandung dalam tembakau gorila. Jadi, pada dasarnya tembakau gorila adalah tembakau biasa yang dicampurkan dengan zat kimia buatan turunan ganja.

Zat-zat yang terkandung dalam tembakau ini menempati reseptor di otak yang menimbulkan efek sama dengan ganja. Efek yang dirasakan pada pengguna tembakau gorila di antaranya badan terasa melayang, halusinasi, perasaan tenang, badan terasa kaku dan terbatas seperti sedang ditiban gorila.

Efek Samping Tembakau Gorila

Selain efek-efek yang sudah disebutkan sebelumnya, efek kesehatan yang lebih serius bisa muncul dari konsumsi zat ini dalam jangka panjang. Efek serius itu antara lain:

Kerusakan Paru-paru : Sama halnya dengan rokok dan ganja, cara konsumsi tembakau gorila adalah dengan membakarnya lalu diisap. Asap yang masuk melalui paru-paru pastinya akan kontak dengan permukaan saluran pernapasan, mulai dari tenggorokan hingga alveolus pada paru-paru.

Sumber : Tirto.id

Dengan banyaknya kandungan kimia dan sifat asap itu sendiri, sel-sel di permukaan saluran napas akan rusak. Asap yang bersifat oksidatif juga akan meningkatkan risiko terjadinya kanker paru.

Kerusakan Ginjal : Jika pada ganja kandungannya bersifat alami, tembakau gorila penuh dengan bahan kimia buatan untuk menimbulkan efek yang sama dengan ganja. Hal ini tentu akan membebani ginjal sebagai organ yang harus memetabolisme zat-zat kimia yang bersifat toksik itu.

Jika berlangsung terus-menerus, ginjal akan mengalami kerusakan. Ini bisa berakibat orang tersebut perlu cuci darah seumur hidupnya atau ditangani dengan transplantasi ginjal.

Menurunkan Kinerja Otak: Zat kimia yang terkandung dalam tembakau gorila akan menyebabkan kerusakan sel-sel saraf pada otak dan bersifat irreversibel (tidak bisa kembali lagi). Hal inilah yang menyebabkan penurunan kinerja otak (BB-DIO)