Bandura mengartikan efikasi diri sebagai keyakinan individu pada kemampuannya untuk menyelesaikan tugas tertentu. Efikasi diri terlihat di saat kekuatan (strength) individu berhasil menyelesaikan tingkat kesulitan (level) dari suatu tugas. Dalam cabang olahraga bulutangkis misalnya, efikasi diri terlihat sejauhmana kekuatan (strength) atlet mampu menyelesaikan tingkat kesulitan (level) dari smash, pukul backhand, dll.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu bersentuhan dengan masalah sesuai tingkat kesulitan tertentu. Misalnya, masalah dinamika politik, masalah ekonomi, dll, yang semua itu punya tingkat kesulitan tersendiri.

Setiap masalah dapat di selesaikan tergantung pada kekuatan (strength) kita. Kekuatan ini terkait dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pengalaman individu dan peran ‘role model’.

Misalnya, ketika si individu terbiasa menyelesaikan masalah-masalah dinamika politik dalam tingkat kesulitan tertentu, maka di masa depan ia akan lebih berhasil menyelesaikan masalah dinamika politik tersebut. Namun, ketika individu tidak punya pengalaman untuk menyelesaikan masalah dinamika politik tertentu, maka ia tentu sulit menyelesaikan masalah yang sama di masa depan.

Artinya, keyakinan diri seseorang tergantung pada pengalamannya menyelesaikan setiap masalah pada tingkat-tingkat kesulitan tertentu. Dan ketika seseorang memiliki efikasi diri yang tinggi, maka akan membuahkan prestasi yang maksimal. Kedua variabel perilaku ini (efikasi diri dan prestasi) sering dikaji dalam psikologi olahraga, yang keberadaanya sangat terasa dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam kehidupan politik, kita semua tahu, bahwa manusia adalah makhluk politik. Namun, tak semua individu punya efikasi diri yang tinggi dalam dunia politik. Sebab, kehidupan politik dengan dinamikanya punya tingkat kesulitan tersendiri. Jika individu mampu menyelesaikan tingkat kesulitan dari dinamika politik, maka ia termasuk politisi yang handal alih-alih berprestasi (***)