BERITABETA.COM, Bula — Wajah masam tampak terlihat dari tampilan Abdullah Fotty [35 tahun]. Pemuda asal Desa Selor, Kemacatan Kilmury, Kabupaten Seram Bagian Timur [SBT] Maluku, seakan pasrah dengan kondisi yang terjadi di daerahnya.

Sudah berulang kali bersama sejumlah rekannya menyuarakan tentang pembangunan infrastruktur di belasan desa yang ada di wilayah Kecamatan Kilmury, namun aspirasi meraka belum juga terealisasi.

Kamis sore [31/3/2022] pria dua anak ini kembali menyuarakan hal yang sama. Setelah sejumlah aksi sempat dilakukan di tahun 2021.

Ia mengaku iri dengan apa yang terjadi di daerah lainnya. Terutama masalah listrik [penerangan] yang selama ini tidak pernah dinikmati warga di kampung halamannya.

"Sebagai masyarakat dan pemuda dari Kilmury, kami sangat mengharapkan langkah serius dari Pemkab SBT untuk bisa menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat soal PLN ini," ungkap Abdullah Fotty kepada beritabeta.com di Bula.

Abdullah bahkan mangku, impian dan dambaan masyarakat di Kecamatan Kilmury, untuk menikmati pasokan listrik, dari tahun ke tahun tak pernah terpenuhi.

“Impian kami serasa sudah kandas. Karena setiap tahun kondisinya tetap sama,” beber dia.

Suara lirih  Abdullah Fotty yang juga Koordinator Gerakan Save Kilmury ini memang sangat beralasan.  Pasalnya, wilayah Kecamatan Kilmury yang meliputi 16 desa/negeri masing-masing, Afang Defol,  Afang Kota,  Bitorik, Gunak, Kamar, Kilbon Kway, Kilmury, Kumelang Mising, Nekan, Selor Sumbawa, Taa dan Undur sudah ratusan tahun hidup dalam kegelapan.

Warga di 16 desa ini sempat merasa gembira dan menaruh harapan akan ada kemajuan di daerah yang jarak tempuhnya kurang lebih 6 jam perjalanan dari ibukota Kabupaten SBT itu.   

Saat itu, melalui kerjasama Pemerintah Kabupaten [Pemkab] SBT dengan PT PLN [Persero] telah dibangun rumah mesin PLTD dan jaringan listrik di wilayah tersebut pada tahun 2016 silam.

Namun, naas fasilitas-fasilitas vital itu akhirnya mangkrak. Listrik tak pernah hadir,   lantaran mesin pembangkit yang didambakan tidak pernah ada, menyusul terbitnya moratorium pengadaan mesian PLTD oleh pemerintah pusat.

Kabarnya, rumah PLTD Kilmury ini dibangun menggunakan anggaran senilai Rp700 juta yang bersumber dari APBD tahun 2016. Ini belum termasuk jaringan listrik berupa tiang-tiang yang dipasok kesana. Bahkan kondisinya sudah tumbang, karena tidak terurus.

 

Letak Kecamatan Kilmury

Meski demikian miris, Abdullah mengaku masih menaruh harapan aka nada terobosan baru yang akan dilakukan pemerintah di masa mendatang.

“Kami hanya berharap ada perhatian dari Pemkab SBT. Apapun itu, setidaknya Kilmury juga bias mendapat sentuhan pembangunan disana, terutama masalah listrik,” pintanya.

Menyikapi hal ini, Ketua Komisi C DPRD SBT Abdullah Kelilauw membeberkan, sudah berulang-ulang komisinya melakukan rapat koordinasi bersama Pemkab SBT dengan agenda membicarakan hal ini.

Politisi Partai Keadilan dan Persatuan [PKP] bahkan memvonis Pemkab SBT selama ini tidak serius dalam menyelesaikan masalah listrik yang menjadi kebutuhan masyarakat di negeri 'Kaisia' itu.

"Untuk yang satu itu [PLTD Kilmury] kayaknya Pemkab tidak serius untuk bisa menyelesaikan Sertifikat Laik Operasi [SLO]," ungkap Abdullah Kelilauw.

Mantan Wakil Ketua DPRD SBT itu mengaku, untuk mengaktifkan PLTD Kilmury hanya membutuhkan anggaran sekitar Rp 250-300 juta, namun tidak dianggarkan oleh Pemkab SBT.

Ia bahkan mengaku, sangat menyesal karena kerja keras Bersama sejumlah rekannya di Komisi C DPRD SBT belum juga membuahkan hasil.

"Di tahun ini kita belum bisa menyalakan listrik di Kilmury, karena anggaran SLO untuk PLTD Kilmury belum dianggarkan di tahun 2022," bebernya.

Wakil rakyat yang terpilih dari Daerah Pemilihan [Dapil] III yang meliputi Kecamatan Pulau Gorom, Gorom Timur, Pulau Panjang, Wakate dan Teor itu berharap agar masalah listrik di SBT menjadi perhatian serius Pemda setempat.

Targetnya kata dia, agar semua wilayah di kabupaten penghasil minyak bumi itu, baik pada daerah pulau-pulau maupun daerah terpencil bisa teraliri listrik secara menyeluruh.

"Harapan kami mudah-mudahan kedepan, hal ini menjadi perhatian serius, sehingga di SBT secara keseluruhan sudah bisa PLN nyala di semua tempat, apakah itu di pulau-pulau maupun di daerah-daerah yang ada di pedalaman," tandasnya (*)

Pewarta : Azis Zubaedi