Selain itu, dirinya juga mengaku telah berkunjung ke Kantor Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Seram Peaker 20 MW di Masohi, meninjau langsung power house dan menyaksikan dari dekat system kerja  2 engine berkekuatan masing- masing 10 MW  yang  menggunakan 2 jenis  bahan bakar yakni minyak  dan gas.

Dari pertemuan –pertemaun itu, kata Uluputty, terdapat sejumlah catatan yang harus menjadi perhatian kedepan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasokan listrik yang dilakukan PT PLN.

Misalnya, lanjutnya, masih terdapat pola operasi 24 jam  dan 12 jam bahkan fakta di lapangan masih ditemukan kurang dari 12 jam pasokan listrik di terima masyarakat (konsumen).

Selain itu, sejumlah  mesin yang beroperasi adalah mesin tua dan sebagaiannya sudah mengalami kerusakan, sehingga diperlukan pengadaan mesin- mesin baru.

Ia juga mempertanyakan, proses pengadaan PLTD yang belum terealisasi, padahal  pembangunan jaringan baru beserta power house sudah tuntas dikerajakan sejak tahun 2018.

“Masyarakat mempertanyakan kapan bisa nyala. PLTD ternyata sudah moratorium bahkan dilarang permintaan pengadaan sebagaimana yang kami dapatkan saat berkunjung ke  PLN Tual saat reses ke Tual tahun 2020,” ungkapnya.

Sementara terkait, PLTMG Seram Peaker 20 MW yang sudah beroperasi dengan jaringan lama, harusnya ada perbaikan atau rehab menyeluruh jaringan A3C (kabel telanjang) menjadi A3CS (kabel bungkus).

Disamping itu, masalah SDM (Sumber Daya Manusia) untuk menambah tenaga alih daya sesuai kebutuhan pelayanan, juga harus menjadi perhatian, seiring dengan penggunaan sistem Supervisory, Control and Data Aqcuisition (SCADA) suatu teknologi yang menggabungkan fungsi pengawasan, pengendalian dan pengambilab data jarak jauh yang terpusat pada suatu tempat.

“Kita juga berharap ada kerjasama dengan stakeholder atau pemangku kepentingan yaitu Pemda-pemda dengan menyusun regulasi untuk mengatasi gangguan jaringan berupa tanaman dan pohon pohon disekitar jaringan agar bisa meminimalisir gangguan eksternal sistem,” tandasnya.