BERITABETA, Masohi – Pernyataan Ketua DPRD Maluku Tengah Ibrahim Ruhunussa, atas  penilian beberapa pihak terkait sikapnya menunggangi demo tenaga honorer katagiri dua (K2), dinilai berlebihan.

Ocehan Ibrahim, pada akun facebooknya menanggapi sikap aktivis LSM, itu malah dinilai mempermalukan lembaga legislatif dan menyinggung para aktivis.

“Dia ngaku mantan aktifis tapi ocehannya makin lama makin kacau. Sangat disayangkan itu. Arogansinya mulai kelihatan sejak dia jadi ketua DPRD,” tandas Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat, Pusat Kajian Strategis dan Pengembangan Sumber Daya Maluku (LSM. Pukat Seram) Fahri Asyathry dalam relisnya yang dikirim ke redaksi beritabeta, Senin (24/09/18).

Ibrahim dalam postingganya, menyindir sikap aktivis yang menilai aksinya menunggangi aksi demo tenaga honorer K2 itu sebagai sikap aneh dan bentuk pencitraan.

“Lalu DPR RI yang ikut menggelar demo turunkan harga bahan bakar minyak (BBM) itu juga aneh dan pencitraan?,” tulis Ketua DPRD Malteng penuh tanya.

Ibrahim seakan ‘kebakaran jenggot’. Dia bahkan melayangkan pernyataan  bahwa ada aktifis yang bilang anggota DPRD di Malteng itu tolol dan bodok.

“Katong tanggapi dibilang sebagai pejabat tidak boleh menanggapi, jaga wibawa dan segala macam. Dan begitu ada aktivis di Masohi bicara yang selalu  bicara tidak pake data dan kebanyakan fitnah, begitu dibilang bodoh lalu mau giring opini, aneh kan,” tulis Ibrahim menyindir.

Bukan saja itu, dalam postingannya Ketua DPRD Malteng itu bahkan menulis kalimat yang dinilai kurang pantas diunggah di ruang publik.

“Apa lagi ada oknum yg menamakan diri itu aktivis yang suka generalisir kepentingan,  etrus punya target terselubung dan menepuk dada bahwa dia aktivis yang hebat.  Padahal banyak orang yang tidak tahu sepak terjangnya bagaimna,”urai Ibrahim penuh sinis.

Menanggapi kicauan politis asal Partai Gerindra itu, Fahri meminta agar Ibrahim tidak asal ngomong. “Dulu waktu masih jadi anggota DPRD Malteng, dia tidak seperti itu. Saya heran juga kok bisa keluarkan pernyataan itu,” beber Fahri.

Fahri menjelaskan, dalam banyak kesempatan dialog dirinya  kerap berhadapan dengan  Ibrahim dan hampir selalu beda pendapat dan itu merupakan hal biasa.

“Tidak jarang juga ketika hearing di DPRD Malteng, ketika kalah argumen, mikrofon saya sering dimatikan. Tp saya anggap mungkin stylenya memang demikian,”tulis Fahri menanggapi Ibrahim.

Fahri bahkan meminta, ucapan Ketua DPRD Malteng itu harus ditarik,  karena cukup menyinggung aktivis dimana pun berada.

Awalnya, kata Fahri, saat aksi demo  honorer K2 digelar di gedung DPRD Maluku, yang bersangkutan telah mengeluarkan pernyataan untuk merangkul pihak LSM dan OKP, untuk meminta dukungan.

“Dia bilang akan melibatkan LSM dan OKP, tapi jangan libatkan Fahri disitu. Sedangkan, teman-teman tenaga honorer itu sendiri yang menghubungi saya untuk meminta bantuan. Dan tadi ketika,  mereka melihat saya, semua pejabat menampilkan sikap yang berubah dan tidak mau memberikan mikrofon kepada saya,” beber Fahri.

Selang beberapa jam kemudian, Ketua DPRD Malteng akhirnya menulis lagi status barunya di facebook yang isinya melayangkan permohonan maaf.

“Kepada saudara Fahri Asatry, Beta secara pribadi menyampaikan permohonan maaf. Kalau ada kata yang khilaf dan salah. Selain itu juga banyak yang memanfaatkan situasi ini. Jadi beta berharap mari katong fokus ke subtansi masalah yang dihadapi oleh teman-teman K2,” tulis Ibrahim dalam postingannya. (BB/DP)