BERITABETA.COM, Bula — Lembaga Tunas Bahari Maluku (TBM) menyebutkan sejumlah desa di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) hingga kini masih mempertahankan  budaya sasi (larangan mengambil hasil bumi) dalam upaya pelestarian Sumber Daya Alam (SDA).
Sasi diberlakukan baik untuk potensi alam yang terkandung di daratan maupun di laut.

Hasil ini terungkap dalam asesmen yang dilakukan TBM selama empat bulan dalam melakukan jelajah kearifan lokal di lima Negeri dan Desa di kabupaten pengahsil minyak bumi itu.

Hal ini disampaikan Staf Geospasial TBM, Azhari Kilbaren usai menjadi narasumber dalam seminar nasional penerapan kebijakan pusat dan daerah dalam pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil, Kamis (22/7/2021).

Azhari mengungkapkan, dia dan rekan-rekannya melakukan kegiatan jelajah sejak Maret hingga Juni 2021 lalu dengan memilih sampel pada Negeri Waru Kecamatan Teluk Waru, Desa Kufar Kecamatan Tutuk Tolu, Dusun Maar Desa Kilwaru Kecamatan Seram Timur, Desa Tinarin Kecamatan Gorom Timur dan Desa Ilili Kecamatan Kesuy Watubela.

"Kalau Desa Ilili masih menggunakan kearifan lokal (sasi) darat dan laut. Kalau sasi darat dilakukan pada tanaman pala dan kelapa, sementara pada sasi laut itu bia lola, teripang dan bia mata bulan" ungkap Azhari Kilbaren.

Azhari juga mengungkapkan, selain di Desa Ilili Kecamatan Kesuy Watubela, masyarakat Negeri Waru Kecamatan Teluk Waru juga masih melestarikan sasi secara pribadi pada tanaman mereka.

Dia juga membeberkan, dari keterangan masyarakat di lima lokasi tersebut, ternyata sejak dahulu semua desa-desa itu memiliki kearifan lokal berupa sasi. Namun dia mengaku saat ini sebagian sudah tidak menggunakan sasi.

"Rata-rata saat ditanyakan memang mereka bilang dulu punya sasi, namun mereka (masyarakat) tidak tahu kenapa sasi itu tidak lagi dipakai" bebernya.

Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpatti Ambon itu juga menandaskan, TBM telah melakukan pemetaan pemanfaatan ruang secara partisipatif dan keterhambatan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut pada pulau-pulau kecil di Kabupaten SBT.

Dikatakan, selain terkendala alat tangkap bagi para nelayan di sejumlah desa itu. Azhari mengungakapkan masyarakat juga merasa terkendala pada ketersediaan pasar.

Untuk itu, dia dan rekan-rekamnya akan menjadikan dua stasiun sebagai tindaklanjut dari kegiatan jelajah yang sudah dilakukan beberapa bulan lalu itu guna membantu masyarakat dalam mempermudah pemasaran.

"Misalnya di Kesuy, kalau pada musim tangkapan yang banyak mereka bingung. Semua orang punya hasil tangkapan, lalu siapa yang mau beli, siapa yang mau jual" cetusnya.

Azhari berharap dengan kehadiran TBM di SBT dapat berkolaborasi secara baik dengan Pemerintah Daerah (Pemda) SBT guna membantu mempermudah masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam.

"Tidak terlepas dari itu, masyarakat tetap menjaga kelestarian lingkungan dengan keberlanjutan sumber daya alam melalui kearifan lokalnya. Jadi sasi yang dulunya ada tapi tidak lagi digunakan, kita harap diaktifkan kembali" harapnya.

Secara terpisah, Direktur Tunas Bahari Maluku Zainudin Mokan mengungkapkan kegiatan seminar nasional yang dilakukan secara virtual tersebut sebagai tindak lanjut dari asesmen yang dilakukan di Kabupaten SBT pada beberapa waktu lalu.

Menurutnya, kegiatan itu dipandang perlu untuk mengsingkronkan kebijakan pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten guna mengimplementasikan dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

"Kegiatan ini kita laksanakan dengan alasan bahwa beberapa bulan yang lalu, kami dari Tunas Bahari Maluku sebagai mitra dari Eco Nusa yang sudah bekerjasama sejak lama. Dan dua bulan yang lalu kita sudah menjalankan asesmen di beberapa daerah di Kabupaten SBT" ungkap Zainudin Mokan

Hadir sebagai narasumber dalam seminar itu, Plt Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Hendra Yusran Siri, Kepala DKP Provinsi Maluku yang diwakili Iwan Asikin, Kepala DKP Kabupaten SBT Ramli Sibualamo, Peneliti Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil J. A. Abrahams dan Staf Geospasial Tunas Bahari Maluku Azhari Kilbaren. (*)

Pewarta : Azis Zubaedi