Kairo, Juni 1947. Tepat jam sembilan pagi, delegasi Indonesia, dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri yang juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Mesir Mahmoud Fahmi El  Nokrashy Pasha.

Namun kembali pertemuan ini diintimidasi dengan kedatangan terlebih dahulu, Duta Besar Belanda, menyentil hubungan ekonomi Mesir -  Belanda dan mengancam akan menarik dukungan terhadap Mesir tentang Palestina di  forum PBB.

Mesir dalam tekanan luar biasa selama pembicaraan 30 menit itu. Tapi lagi - lagi, untaian cinta hadir melindungi sesama Muslim. Jawaban yang diberikan El Nokrashy sungguh diluar dugaan.

“Menyesal sekali kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku negara berdaulat, dan sebagai negara yang berdasarkan Islam, tak bisa tidak mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam. Ini adalah tradisi bangsa Mesir dan tidak dapat diabaikan,"ungkap El Nokrashy.

10 Juni 1947, Mesir resmi menandatangani surat pengakuan terhadap kedaulatan Republik Indonesia oleh Perdana Menteri sekaligus  Menteri Luar Negeri Mesir Mahmoud Fahmi El Nokrashy Pasha dan Menteri Muda Luar Negeri Indonesia Haji Agus Salim, disaksikan Mufti Palestina Syaikh Muhammad Amin Al Husaini, Menteri Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Faizal.

Haji Agus Salim, dalam misi Pengakuan Kemerdekaan dan Kedaulatan Republik Indonesia di Mesir (Foto : islamtoday.id)

Kali ini giliran AR. Baswedan dipercaya mampu melarikan surat berharga ini ke Indonesia.

"Baswedan, bagi saya tidaklah penting apakah Saudara tiba di tanah air atau tidak, pastikan dokumen ini sampai ke tangan Presiden, " pesan Haji Agus Salim.

Bertarung nyawa Ia harus melewati beberapa kali pemeriksaan di pintu - pintu penjagaan. Bahrain, Karachi, Kalkuta, Rangon hingga Singapura. Jimat penentu bebasnya negeri tercinta, yang diselipkan dalam kaus kaki di bawah telapak kaki dalam sepatu yang ia kenakan,  selamat dari terkaman para penyamun.

Radio "Voice of Free Indonesia" menyiarkan pertama kali dari Jogja setelah lolosnya surat pengakuan ini. Dukungan kemudian datang dari negeri - negeri Muslim.

Suriah, Lebanon, Yaman, Arab Saudi ikut mengusung kedaulatan Indonesia atas kehebatan diplomatik  Haji Agus Salim di Timur Tengah.

3 Tahun Sebelum Itu

6 September 1944, Palestina mengawali jejak pengakuan kemerdekaan Indonesia secara de facto bahkan sebelum pernyataan proklamasi Republik Indonesia diproklamirkan.

Kisah ini diabadikan dalam buku Diplomasi Revolusi  Indonesia di Luar Negeri karya Muhammad Zein Hassan.

Bersama seorang saudagar kaya Palestina bernama Muhammad Ali Taher, Mufti Besar Palestina, Syaikh Muhammad Amin Al - Husaini, menghembuskan kemerdekaan negeri yang berlumuran darah para ulama ini, ke seluruh negeri - negeri Muslim, melalui radio dan media - media cetak berbahasa Arab.