Meski negeri mereka sendiri dalam intaian para pemangsa, tak padam cinta mereka kepada saudara - saudaranya yang kini sedang terengah - engah  berjuang mencari pengakuan.

Dua kali 24 jam tanpa henti, mereka lesatkan senjata kata - kata lewat media - media cetak. Ashoura, Al - Shabab, Al - Minhaj dan Al Alam Al - Masri adalah media milik Ali Taher. Tak cukup itu. Ali Taher meminta harian Al - Ahram yang terkenal sangat berhati - hati ikut memukul genderang menyuarakan kemerdekaan Indonesia.

Ma sha Allah, bagaimana Allah pertemukan dua orang berhati malaikat ini, menggedor dari  pintu ke pintu negara - negara berdaulat di kawasan Timur Tengah dalam Liga Arab.

Ketika serangan Militer Belanda II atau Operasi Gagak 19 Desember 1948 di Jogjakarta,  Ali mendengar  penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan sebagian tokoh lainnya, lalu ia menarik saya ke Bank Arabia, kisah Zein dalam bukunya.

Ia menguras semua uang yang tersimpan di Bank itu dan memberikan kepada saya sebagai Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, tanpa meminta tanda bukti.

"Terimalah semua kekayaan saya ini, untuk memenangkan perjuangan Indonesia,"  bisik Ali dengan tatapan dalam penuh keikhlasan.

Benang merah Indonesia Palestina dalam perjuangan ini sangat kental terlihat. Saling support sebagai negara Muslim. Inilah jawaban  mengapa Indonesia selalu di garis terdepan berikhtiar untuk Palestina.

Bagaimana Indonesia tampil di forum - forum internasional mendukung Palestina menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa - Bangsa dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Dari negeri Kinanah sepucuk surat mengawali jejak kemerdekaan. Namun energi cinta Muslimlah mendominasi torehkan dengan tinta emas kisah bebasnya bangsa ini.

Kini Palestina sedang terhuyung - huyung menahan sakitnya. Luka mereka masih menganga. Tak pantas rasanya membiarkan mereka sendiri menjerit memperjuangkan kemerdekaan negerinya yang dicuri oleh tamu semalam.

Kemanakah wajah Islam akan diletakkan saat bertemu mereka yang mengorbankan harta saat negeri tercinta diberondong kolaborasi bajak laut dihadapan Sang Khaliq?

Sejarah negeriku dicatat dengan darah dan air mata para syuhada. Diuntai dengan  cinta kaum Muslimin.Takbir menggema di langit nusantara, menutup pintu penjajahan di bumi pertiwi.

Jika ada yang menudingkan telunjuk ke arah kaum muslimin, sungguh mereka tak punya malu.  Jika ada yang mau menghilangkan wangi Islam dalam tubuh negeri ini, sungguh mereka tak tahu diri.

Sepatutnya kita bersatu sebagai umat Rasulullah SAW. Tanggalkan semua perbedaan satukan dalam energi cinta kaum Muslimin sebagai kado terindah kita untuk Tanah Air tercinta (*)

Geldrop, 11 Muharram 1443 H.

Penulis adalah pengagum sejarah Islam menetap di Belanda