Mataku menghangat, menonton video yang disebar teman - teman Muslim dari tempat bersejarah itu. Bukti perjuangan ummat Islam, bagaimana iman dipertahankan dalam gemerlap dunia. Semoga membawa keberkahan bagi penduduknya.

Allahu Akbar....!!

Ku putar video itu berulang - ulang. Ada rindu menggebu, mendengar adzan dari masjid di kota kecilku. Rasa haru menyelinap, membayangkan sepinya langit di daratan yang sesungguhnya ilmu dan teknologinya adalah sumbangan kaum Muslimin.

Dalam hitungan detik, aku terlempar mundur ke masa kecilku di kota Ambon. Kumandang adzan selalu terdengar syahdu dari menara masjid Al - Fatah.

Khusus pada bulan puasa, ada bunyi sirine dari kantor PLN beberapa menit sebelum suara adzan dikumandangkan. Sebuah kolaborasi indah untuk memberitakan saatnya berbuka.

Papa kemudian ditugaskan ke bagian Utara Maluku. Tidore, pulau seribu masjid ini ikut membesarkan kami bertujuh.

Tak jauh dari rumah serba nomor satu itu, ada masjid yang masih kental dengan ornamen kesultanan Tidore. Dari masjid inilah, merdu suara adzan selalu disajikan.

Bumipun ikut bersenandung mendengar kumandang adzan di pulau yang sempat menjadi pusat salah satu kerajaan Islam terbesar di Maluku.

Muadzin masjid ini akhirnya dipilih papa untuk menjadi guru mengaji kami. Beliau beberapa kali mewakili Halmahera Tengah di ajang MTQ tingkat nasional.

Tak diragukan lagi indahnya suara, keluar dari bibir yang selalu basah dengan ayat - ayat cinta Allah. Berbagai irama bergantian beliau kumandangkan terekam kuat dalam memoriku hingga aku selalu berpikir, begitulah indah kumandang adzan, di seluruh masjid - masjid di muka bumi.