Surono Danu, Seperuh Hidupnya untuk Meneliti Padi
BERITABETA.COM – Hari Pangan Sedunia atau World Food Day telah berlalu diperingati pada 16 Oktober 2019. Perayaan itu menyoroti perlunya upaya yang lebih keras untuk mengakhiri kelaparan dan bentuk-bentuk kekurangan gizi lainnya.
Tema global Hari Pangan Sedunia tahun 2019, “Tindakan kita adalah masa depan kita. Pola Pangan sehat, untuk #Zerohunger 2030”, semua pihak diminta ikut memastikan keamanan pangan dan pola pangan sehat tersedia untuk semua orang.
Namun, tema besar itu memerlukan tindakan nyata yang kuncinya adalah mampu mewujudkan kemandirian pangan. Apakah Indonesia sudah mengalami kemandirian pangan?
Pertanyaan ini pernah dijawab dengan lantang oleh seorang Surono Danu. Surono dengan tegas menjawab Indonesia belum mandiri. Lantas siapa dia? Surono pantas menjawab demikian, karena semangat besar yang terkandung dalam tema World Food Day, itu telah dilakukan puluhan tahun silam.
Surono sudah berkelana puluhan tahun, kisahnya sebagai peneliti dan penemu benih padi unggul telah menginspirasi banyak orang di Indonesia.
Surono berjibaku dengan profesinya sebagai peneliti. Dari ketekunan itu, lahirnya benih unggul lokal Lampung yang kini dikenal dengan benih padi unggul Sertani 1 yang kini makin populer di kalangan petani.
Karena prestasinya itu juga, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri menyempatkan diri berkunjung ke gubuk Surono Danu di Desa Onoharjo, Lampung Tengah, pada 2 Februari 2008.
Sehari sebelum peristiwa bersejarah bagi Surono itu, Lampung Post bertandang ke rumah “sang peneliti”. “Inilah istana seribu jendela, tempat berteduh kami. Setiap lubang di dinding geribik ini adalah jendela. Kalau hujan, air hujan pun ikut berteduh ha…ha…ha,” kata Surono.
Surono menjejakkan kaki pertama kali di Lampung tahun 1982 di Desa Bungkuk, Jabung, Lampung Timur. Saat itu ia meneliti dan mengenalkan beberapa tanaman kepada petani. Ia membuat pola pengembangan tanaman nilam dan vanili. “Tujuan saya menambah komoditas di Lampung yang otomatis akan menambah income petani.”
Tahun 1984, ia melanjutkan penelitian dan pengenalan bercocok tanam yang baik ke umbulan Way Pengubuan, persisnya Kampung Terbanggibesar. Ia membawa benih nilam dan melakukan hal serupa kepada petani di sana. Namun, bibit nilam disimpan di Talang Jago, Bukit Kemuning. Ia juga mengenalkan benih jagung hibrida C-1, sekaligus mengajari petani cara bercocok tanam yang baik.