Robertho mengaku, kondisi yang menimpa Yuliana ini memang tak bisa dihindari. Dalam kondisi darurat, tak ada pilihan yang harus ditempuh. Apalagi, kata dia, Yuliana sudah 2 hari merasakan sakit perut,  maka terpaksa harus lebih dulu diantisipasi.

“Masalah ada pada akses jalan. Apalagi di musim penghujan seperti ini. Jalan tanah menjadi becek. Kami pun harus melewati sungai. Jadi beginilah kondisinya,” beber dia.

Atas kondisi ini, warga setempat kata Robertho, sangat berharap kehadiran pemerintah daerah untuk melihat masalah ini.  Mereka juga meminta Penjabat Desa Huku, Kecil Adolof Kapitang, agar bisa proaktif memantau kondisi warganya.

Seperti diketahui, di kawasan pengunungan selain Desa Huku Kecil, ada juga Desa Abio. Kedua desa ini memang sering mengalami hal serupa, karena jaraknya terlampau jauh dari pusat pemerintah.   

Sedangkan kejadian serupa juga pernah terjadi di Desa Naniari, Kecamatan Taniwel, Kabupaten SBB pada bulan Maret 2021 lalu. Saat itu seorang warga Desa Niniari Bernama Linda Latue (22),  juga terpaksa ditandu oleh warga saat hendak melahirkan.

Keluarga terpaksa menggotong Linda dengan tandu yang terbuat dari bambu dan sarung. Dalam kondisi itu, keluarga berjalan kaki sambil menyusuri hutan dan lembah yang curam hingga akhirnya tiba di Puskesmas Taniwel (*)

Pewarta : dhino pattisahusiwa