Tingkatkan Keterampilan Nelayan, BMKG Gelar SLCN di Malteng

BERITABETA.COM, Masohi – Sebagai upaya peningkatkan kapasitas dan keterampilan nelayan dalam memanfaatkan layanan informasi cuaca dan iklim maritim, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah Maluku dan Sulawesi menggelar kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di Kabupaten Maluku Tengah (Malteng).

Kegiatan SLCN ini berlangsung di Amahai dan diikuti sejumlah masyarakat nelayan setempat, Selasa (06/04/21).

Wakil Bupati Malteng Marlatu L Leleury dalam sambutannya pada kegiatan dimaksud mengatakan, salah satu faktor yang berpengaruh pada sektor perikanan adalah masalah iklim dan cuaca.

Dikatakan, ketika cuaca buruk maka efeknya mengakibatkan nelayan tidak dapat melaut dan berpengaruh pada hasil tangkapan yang berkurang bahkan sering terjadi kenaikan harga ikan yang melonjak di pasaran.

“Fenomena cuaca buruk ini menjadi hal yang lumrah terjadi, walaupun juga pada kenyataannya para nelayan kesulitan mendapatkan informasi mengenai cuaca di laut,” urainya.

Untuk itu, kata Leleury, dengan tersedianya informasi serta pemahaman mengenai iklim dan cuaca, maka nelayan dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan, yang dapat terjadi apabila harus tetap melaut dalam kondisi cuaca ekstrim.

Wabup Malteng ini menjelaskan, sebagai kabupaten tertua di Provinsi Maluku yang dianugerahi kekayaan dan potensi sumberdaya perikanan yang berlimpah, maka sudah selayaknya bila sektor perikanan dijadikan sebagai salah  satu potensi unggulan dalam mendukung pembangunan daerah.

“Potensi dan pemanfaatan perikanan tangkap di Malteng  cukup besar, dimana untuk tahun 2020 mencapai 134.920,60 ton dan nilai ini terus meningkat sejak tahun 2016,” ungkapnya.

Olehnya itu, kata dia, dengan potensi perikanan Malteng  yang cukup besar inilah, kemudian mendorong Pemerintah Daerah untuk terus berupaya memberikan perhatian dan intervensi program dan bantuan perikanan dalam mendukung kelancaran proses produksi, distribusi dan pemanfaatan hasil perikanan di Malteng.

Sebelumnya, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Amahai Frans Thomas Latuni  telah menghimbau kepada masyarakat yang beraktifitas di laut maupun di darat, untuk tetap waspada terhadap perubahan-perubahan cuaca yang bisa berubah tiba-tiba dari kondisi yang normal ke ekstrim.

Berdasarkan data Klimatologis, untuk wilayah Malteng khususnya di bagian Seram Bagian Selatan, puncak musim hujan ada di bulan Juni-Agustus dengan massa transisi kemarau ke hujan dimulai bulan Maret-Mei sedangkan transisi hujan ke kemarau mulai bulan September.

Sementara Malteng di bagian Seram Utara kondisi iklim umunya terbalik dari kondisi yang terjadi di bagian selatan Pualau Seram, artinya ketika di bagian selatan musim hujan di bagian utara musim kemarau.

“Berdasarkan analisis klimatologinya maka perlu masyarakat ketahui bahwa pada massa transisi ada terjadi ketidak stabilan masa udara di atmosfer,” terangnya.

Kondisi tersebut  sangat berpengaruhu terhadap perubahan kondisi cuaca normalnya.

“Seperti kondisi-kondisi cuaca yang kita alami beberapa hari belakangan ini. Sebentar lagi wilayah kita akan memasuki musim penghujan yang di tandai dengan kejadian hujan dalam bulan minimal 50 mil yang diikuti dua dekade berturut-turut atau dalam 20 hari terjadi hujan terus menerus, jelasnya.

Dirinya berharap, masyarakat tetap mengikuti up-date informasi cuaca, baik di media sosial resmi BMKG Malteng atau situs web BMKG.

Masyarakat juga diminta untuk tetap meng-up date informasi cuaca baik lewat media sosial (bmkg_malteng; Facebook, Instagram, WhatsApp) ataupun website BMKG (www.bmkg.go.id).

“Informasi cuaca yang kami kelurkan berupa informasi cuaca dan gelombang baik harian, 3 harian, mingguan bahkan peringatan dini cuaca ekstrim dan perngatan dini Gelombang,” terangnya (BB-FA)