BERITABETA.COM, Ambon – Tradisi adat “pukul sapu” di Desa Mamala dan Morela, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, untuk kedua kalinya dilakukan secara tertutup tanpa menghadirkan wisatawan domestik dan mancanegara akibat pandemi Covid-19.

Tradisi unik yang digelar oleh masyarakat Desa Mamala dan Desa Morela, setiap 7 Syawal dalam penanggalan Hijriyah tetap digelar dalam kondisi sederhana, Kamis (20/5/2021).  

Raja Negeri Morella Fadli Sialana saat membuka acara itu menjelaskan sejarah  adalah kumpulan cerita yang retak, berkeping-keping dan tidak utuh. Namun tugas generasi  penerus adalah  mengumpulkan serpihan-serpihan itu,menyatuhan, menceritakan ulang, menuliskan dan merayakan peristiwa sejarah itu kembali.

Menurutnya, perayaan upacara pukul sapu (lidi) ini adalah  cara warga Morela menceritakan sejarah para leluhur yang berjuang dalam perang Kapaha.  Kapaha menjadi pusat perlawanan terhadapa kesewenang-wenang kolonialisme Belanda setelah  jatuhnya Benteng Wawane dan wafatnya Kapitan Kaki Ali.

Dikatakan, sejarah mencatat berkumpulnya para malesi, kapitan dan karaeng di Benteng Kapaha dalam menyatukan tekad berjuang demi bangsa dan tanah air. Sehingga kemerdekaan yang diperoleh saat ini berupa, hidup yang layak, pendidikan yang cukup dan keluasaan beraktivitas,  boleh jadi benih kebebasan itu juga lahir dari Benteng Kapaha.

“Bagi kami Benteng Kapaha bukan hanya sebuah daerah geografis yang di kelilingi oleh hutan, bukit dan gunung, namun lebih dari itu Kapitan Telukabesi,para malesi, karaeng dan seluruh pejuang Kapaha adalah simbol semangat kami,"ungkap raja Morella.

Dalam sambutannya itu, Raja Morela berpesan agar  generasi muda Morela,generasi muda Maluku, generasi muda bangsa, bukan tuhan yang merubah nasib dan penghidupan, namun usaha dan kerja keras adalah  solusi dan jalan keluarnya.

"Hari ini kita tahu bumi sedang sakit.  Covid 19 sedang merajalela di mana-mana bumi sedang memberi  peringatan jika eksploitasi alam semesta (mengambil manfaat/untung tanpa memelihara memelihara dan merawat) serta pencemaran lingkungan tidak dapat dibiarkan terus alam mesti dipulihkan agar anak cucu kita mendapat manfaat yang berkelanjutan,"pinta raja Morella.

Upacara tradisi pukul sapu ini diawali dengan persembahan tari-tarian cakalele dari putra-putri Negeri Morella, atraksi bambu gila oleh putra- putra negeri morela dan dilanjutkan dengan tarian-tarian Lisa Kapahaha oleh putri-putri negeri Morela.

Peserta dalam tradisi adat pukul sapu ini terlibat dalam dua sesi. Sesi pertama diikuti oleh 30 orang peserta. Sesi pertama dibuka oleh Raja Negeri Morela, kemudian sesi kedua diisi oleh 30 perserta lainnya (BB-YP)