Ia mencontohkan, Desa Waimital yang berada di Kabupaten SBB hampir 50 % penduduknya besaral dari Pulau Jawa. Sebagaian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Ekonomi penduduknya tergolong menengah ke bawah.

Hal ini, lanjutnya, sangat berpengaruh terhadap laju perkembangan pembangunan daerah, sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mendukung upaya peningkatan produksi padi. Terlebih khusus untuk penguasaan teknologi oleh petani agar dapat meningkatkan perekonomian petani maka diharapkan produksi pangan khususnya padi harus meningkat.

Saadiah berharap, petani yang menjadi peserta Bimtek ini bisa menjadi pioneer atau penyuluh individu yang mampu menyampaikan ilmunya di lingkungan masing-masing, agar dapat terwujud pembaharuan terkait dengan ketersediaan teknologi dengan lingkungan yang dinamis/cocok diterapkan didaerahnya masing-masing.

“Ini merupakan akselerasi diseminasi penerapan inovasi oleh petani yang mengikuti Bimtek yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan petani,” tandasnya.

Ia menegaskan, peningkatan produksi padi di wilayah SBB harus lebih meningkat dengan memanfaatkan kesempatan baik ini.

Dirinya menyakini, dengan mananam varietas unggul,  produksi padi akan meningkat dan akan memicu peningkatan pendapatan menjadi produsen/penangkar benih dan dapat menyebarluaskan pengetahuan kepada pengguna.

Gubernur Maluku Irjen Pol (Purn) Drs. Murad Ismail didampingi Ketua TP PKK Provinsi Maluku Widya Murad Ismail dan Bupati SBB M. Yasin Payapo bersama istri saat melakukan panen raya padi sawah di Desa Waimital Kecamatan, Kairatu Kabupaten SBB, Rabu (21/10/2020).

Khususnya produsen benih dari sektor perbenihan formal maupun perbenihan berbasis komunal/mandiri, sehingga logistik benih bermutu di berbagai lokasi akan meningkat. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani sebagai penyuluh individu dalam upaya pencapaian program pembangunan pertanian.

“Selaku anggota Komisi IV DPR RI saya sangat mengapresiasi Kementerian Pertanian dalam hal ini Ditjen Tanaman Pangan atas penyelenggaraan Bimtek yang sudah dilaksanakan secara berkala dalam rangka meningkatkkan kualitas sumberdaya manusia pertanian peningkatan produksi padi ini. Bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga bisa diaplikasikan aksi nyata,” urainya.

Uluputty menambahkan, untuk menjadi petani yang kreatif, inspiratif, dan berdaya saing,  ada enam kendala mendasar untuk pertanian Indonesia yang harus diatasi.

Kendalan itu antaranya, infrastruktur, sarana dan prasarana, regulasi, kelembagaan dan sumber daya manusia, permodalan, dan alih fungsi lahan pertanian.

Olehnya itu, sambungnya, diperlukan  sinergi yang baik antara petani, penyuluh, dan Kementerian Pertanian untuk mengatasi enam kendala tersebut. Apalagi, sebagai petani,  saat ini juga menghadapi tantangan di era 4.0 menuju era 5.0, maka  harus dapat berpikir kreatif dan inovatif untuk mengatasi keenam kendala tersebut.

Potensi pembangunan dan pertanian di Maluku,  khusunya di Kabupaten  SBB secara nyata dapat dilihat bahwa luas lahan dan luas panen di sudah maksimal, namun produktivitasnya masih tergolong rendah.

“Untuk mengatasi hal ini, maka program yang telah disampaikan Kementerian Pertanian di Balitbang tentang Millenial Farmer patut didorong untuk diwujudkan,”saran Uluputty.

Millennial farmer, tambahnya terdiri dari pertumbuhan wirausaha muda, penyelennggaraan pendidikan vokasi pertanian, pertumbuhan Kelompok Usaha Bersama Petani Muda, dan fasilitasi pembelajaran dan praktik bagi SMK Pembangunan Pertanian.

“Apabila hal ini dimaksimalkan, pastinya kita dapat menghadapi semua kendala pertanian di SBB maupun di Maluku,” tutupnya (*)

Pewarta : dhino pattisahusiwa