Yan mengaku cukup akrab dengan perwira Armed Marinir ini, karena sama-sama mengikuti kursus dasar kecabangan artileri medan di Pusdik Armed TNI AD.

Pertempuran dalam Operasi Seroja 

Banyak kisah pertempuran dialami Seksi Armed 12 selama beroperasi dari daerah Baucau menuju selatan. Di antaranya saat akan merebut Venilale yang masih berada di distrik Baucau.

Dalam operasi ini banyak jatuh korban dari pasukan infanteri. Salah satu penyebabnya adalah sulitnya merebut sebuah jalan tikungan menanjak berbentuk huruf S Fatumaca yang dipertahankan musuh mati-matian.

“Pasukan tertahan sekitar enam hari, pada hari ke-10 dibentuk Satgas Yonif 330 diperkuat Yonif 310 dengan Dansatgas Kasbrig 17 Letkol inf Feisal Tanjung untuk merebut letter S itu,” jelas Yan. Akhirnya pada hari ke-12, Kompi A Yonif 330 dipimpin Lettu Inf Siringoringo dan Kompi C dipimpin Lettu Inf Purnawa berhasil merebut Fatumaca.

Alumni Seskoad 1991 ini mengisahkan kesulitan pasukan untuk merebut Vanilale.

Seksi Armed masuk stelling pada posisi 3 tiga kilometer di daerah terlindung sebelum Letter S, untuk memberikan bantuan tembakan (Bantem) saat pasukan melakukan serangan.

Lettu Art Yan Louhenapessy usai merebut lapangan terbang Viqueque dalam Operasi Seroja. Foto: mylesat.com

Kondisi alam cukup menantang dan menanjak, dingin dan berkabut. Jarak pandang sekitar lima meter, sehingga sangat sulit untuk melakukan kontak dan pengecekan posisi pasukan kawan maupun anak buah.

Setelah merebut Venilale gerakan dilanjutkan untuk merebut Ossu. Dalam perebutan Ossu, gerakan pasukan infanteri juga tertahan karena musuh bertahan di sepanjang lereng Gunung Monte de Paira. Musuh juga bertahan di dalam bangunan bekas asrama.

Perebutan Ossu dimotori oleh Kompi A Yonif 310 dipimpin Lettu Inf Djoko Subroto dan Kompi C Yonif 330 dipimpin Lettu Inf Purnawa.

“Seksi Armed kembali berperan masuk stelling di persawahan Uma Ana Ico untuk memberikan Bantem saat merebut Ossu,” aku abituren Sesko ABRI 1994 ini. Setelah Ossu direbut, gerakan dilanjutkan merebut Viqueque.

Tank yang ditumpangi Komandan Satgas berhasil masuk dan merebut Kota Viqueque. Tugas pengamanan dan pembersihan sekitar Viqueque kemudian diserahkan kepada Yonif 310 dipimpin Letkol Inf HBL Mantiri.

Seksi Armed ikut di-BP-kan ke Yonif 310 untuk melakukan perebutan sasaran di sekitar kota dan lapangan terbang Viqueque. Tugas menduduki dan mengamankan lapangan terbang diserahkan kepada Seksi Armed 12 Para diperkuat dua tank amfibi.

“Dari hari ke hari kami menghitung korban pasukan infanteri yang berjatuhan terutama dalam perebutan Markas musuh Aloclaran posisi didaerah pegunungan. Karena korban terus berjatuhan Seksi Armed 12 diperintahkan untk full membantu,” urai Yan.

Karena jarak capai meriam 76 mm hanya 8.750 meter bila masuk stelling di Kota Viqueque, tidak bisa melindungi pasukan infanteri dalam perebutan Aloclaran. Karena itu Danyon 310 memerintahkan Seksi Armed untuk membongkar dua pucuk meriamnya untuk membantu gerakan pasukan infanteri agar dapat memenuhi jarak capai tembakan dalam perebutan sasaran.

Satu pucuk meriam dibongkar menjadi delapan bagian utama dan diangkut dengan enam ekor kuda. Empat ekor kuda lainnya untuk mengangkut amunisi.

Kemudian Seksi Armed masuk stelling dua kilomneter dari kota ke arah gunung. Dari posisi ini baru dapat melindungi Kompi Yonif 310 yang merebut Aloclaran. Dalam perebutan ini juga banyak jatuh korban.

Setelah perebutan Aloclaran, Seksi Armed diperintahkan menuju Pantai Beaco arah selatan Viqueque.

Seksi Armed Para akhirnya juga harus kehilangan satu orang prajuritnya yang tertembak saat embarkasi di pantai Beaco, Viqueque. Selama gerakan dari Baucau ke Viqueque, Lettu Yan Louhenapessy mendapat dua kali musibah.