BERITABETA.COM, Masohi – Intensitas hujan yang tinggi mengguyur sebagian wilayah di Maluku, menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor terjadi dimana-mana.

Di Kota Masohi, Ibukota Kabupaten Maluku Tengah, wartawan beritabeta.com melaporkan sebagian pusat kota itu terendam air, menyusul intensitas hujan yang tinggi sejak Sabtu malam (16/7/2022).

Kondisi ini membuat arus lalu lintas di ruas jalan utama kota terganggu. Banjir setinggi 50-60 cm menggenangi jalan utama Abdullah Soulissa tepatnya di depan Alfa Motor dan depan pusat perbelanjaan Masohi Plaza [Maplaz].

Pemandangan ini ikut diabadikan sejumlah warga dengan mengambil video dengan kondisi kendaraan yang melintasi di ruas jalan itu.

Selain ruas jalan utama itu, sejumlah rumah warga di kawasan Apui, RT 06, Kelurahan Ampera, Kota Masohi, juga dilaporkan terendam banjir. Akibatnya sejumlah warga terpaksa mengamankan perabot rumah.

“Rumah kami terdendam air sejak Pukul 10.00 WIT pagi. Terpaksa kami harus bersiap-siap mengamankan perabot rumah dan beberapa barang penting lainnya,” kata Ani salah satu ibu rumah tangga kepada beritabeta.com, Minggu (17/7/2022).

Fenomena banjir di Kota Masohi ini, ikut menjadi pokok bahasan sejumlah netizen. Mereka menilai, selama ini, kota itu jarang terkena imbas banjir akibat curah hujan yang tinggi.

“Selama ini, beta [saya] baru pernah lihat Kota Masohi ini terendam banjir. Dari kecil sampai skarang, baru pernah terjadi banjir di pusat kota Masohi seperti ini,” tulis Muzhar Hatala salah satu warga kota Masohi di akun Facebooknya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis peringatan dini cuaca ekstrem yang akan terjadi pada Minggu 17 Juli 2022.

Sebanyak 19 wilayah disebut berpotensi terjadi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.

Kondisi ini terjadi akibat adanya sirkulasi siklonik yang terpantau di utara Papua Barat yang membentuk daerah pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi) di perairan sebelah utara Papua Barat, di Papua Barat, di Teluk Cendrawasih, dan di Papua.

Daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang di Aceh, dari Laut Jawa bagian barat hingga Kep. Bangka-Belitung, di Laut Jawa bagian timur, di Sulawesi bagian tengah, dari perairan Maluku hingga perairan Sulawesi, di perairan sebelah selatan Jawa Tengah hingga Jawa Barat, di pesisir barat Kalimantan Barat, di Maluku, dan di Papua bagian Selatan.

Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan peningkatan tinggi gelombang di sekitar sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.

Kemudian, Intrusi Udara Kering dari Belahan Bumi Selatan (BBS) melintasi wilayah NTT bagian timur, Laut Banda, Maluku bagian selatan, dan Laut Arafuru yang mampu mengangkat uap air basah di depan batas intrusi menjadi lebih hangat dan lembab yaitu di Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua (*)

Pewarta : Edha Sanaky