BERITABETA.COM, Ambon – Hari masih gelap, warga Desa Waepure  Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, masih terlelap dalam tidur. Cuaca jelang subuh di kampung itu cukup bersahaja.

Di beberapa rumah terihat mulai ada kesibukan. Sejumlah  warga yang berprofesi sebagai nelayan tidak dapat melanjutkan tidurnya, meski waktu masih menunjukkan pukul 03.00 WIT.

Salah satunya adalah Sofyan Tomia. Ia terbangun dan mulai menyiapkan segala perlengkapan untuk melaut.

Subuh hari itu, Sofyan harus lebih cepat. Ia tidak sendirian. Di Desa Waepure ada puluhan nelayan yang melakukan aktivitas serupa. Mereka harus bersiap-siap melaut dengan lebih dulu mencari umpan berupa cumi.

Semua bekal dan peralatan sudah disiapkan di malam hari. Setelah itu Opan sapaan akrabnya  bergegas sebelum fajar muncul. Tanpa berlama-lama, motor tempel 15 PK sudah mengapung di atas laut.

Sebelum mencapai titik lokasi yang ditujuh, Opan bersama beberapa teman harus lebih dulu mencari cumi sebagai umpan. Mereka seperti berlomba dengan datangnya fajar.

“Ini sudah menjadi rutinitas kami. Tiap saat harus melaut untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami,” ungkap Sofyan kepada beritabeta.com belum lama ini.

Pria berusia 26 tahun ini adalah salah satu nelayan ikan tuna jenis sirip kuning [yellowfin tuna] yang menjadi komuditi ekspor di Maluku. Opan bersama beberapa rekannya termasuk dalam nelayan tuna skala kecil dengan alat tangkap jenis handline.

Saking ulet dalam dalam menjalani profesinya, Ia bersama sejumlah nelayan di desa itu telah dianugrahi sertifikat dunia, baik Fair Trade di tahun 2014 dan Marine Stewardship Council [MSC] pada tahun 2020 lalu.

Sertifikasi MSC untuk Komite Nelayan Fair Trade Buru dan Maluku merupakan yang pertama untuk perikanan tangkap pancing ulur (handline) ikan tuna sirip kuning di dunia.

 

Sofyan bersama hasil tangkapan ikan tuna dan sertifikat MSC

Selain Opan terdapat 122 nelayan kecil penangkap ikan tuna di Pulau Buru yang mengantongi sertifikat MSC.

Para nelayan yang mendapat sertifikasi MSC itu merupakan anggota kelompok nelayan fair trade binaan Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) bersama dengan Anova Food, LLC dan PT. Harta Samudra yang bakal memiliki dua label sertifikasi internasional, yaitu Fair Trade dan MSC.

Kembali ke pagi buta itu, setelah umpan cumi diperoleh,  Opan pun tancap gas. Mesin tempel 15 PK yang terpasang di perahu fibernya memacu laju perahunya menuju titik sasaran.     

Lokasi yang disasar tepat berada pada wilayah pengelolaan perikanan 715 (Laut Seram). Biasanya jarak tempuh mencapai 10 -20 mil laut bahkan lebih, tergantung posisi arah gerombolan  lumba-lumba ataupun kawanan burung yang ditemui.

“Kami harus berhadapan dengan cuaca yang kurang bersahabat atau ombak besar dan angin kencang saat melaut. Hampir sebagian waktu kami habiskan  di tengah laut, sebab waktu pendaratan ikan biasanya di pukul 17.00 sore hari maupun malam,” ungkap Opan.

Opan mengaku, menjadi nelayan skala kecil pancing ulur penangkap tuna adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Apalagi mereka telah memperoleh Sertifikasi MSC sebagai bentuk pengakuan dunia internasional terhadap aktifitas penangkapan ikan yang dilakukan dengan tetap menganut prinsip-prinsip berkelanjutan.

“Jika dulu kami mengandalkan kemampuan masing-masing orang dalam melakukan penangkapan ikan tuna, namun sekarang kami  lebih terorganisir lagi dalam bentuk kelompok nelayan,”pungkasnya.

“Kami harus mematuhi prinsip maupun indikator dalam melakukan penangkapan ikan sesuai standar MSC yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” tutur Opan.  

Menurut Opan, dirinya banyak belajar proses penangkapan ikan yang berkelanjutan yang berarti menangkap dengan menjaga stok ikan yang cukup di laut dan melindungi habitat serta spesies yang terancam.

Ia bilang, menjaga laut dan masyarakat yang bergantung pada penangkapan ikan agar dapat mempertahankan mata pencaharian mereka maupun dari sisi pendataan  

“Alhamdulillah untuk hasil tangkapan di saat musim tangkap bisa mencapai 4-5 ekor dan harganya kisaran 8 jutaan setelah di loin yang dijual di perusahaan, apalagi dengan sertifikasi MSC dari sisi harga semakin memadai “ terangnya.

Meski demikian, Opan dan puluhan nelayan tuna lainnya juga berharap, kiranya dukungan terus diberikan dari semua pihak baik Pemerintah, Pelaku Usaha perikanan, akademisi, LSM, media dan masyarakat.

“Kami berharap semua pihak mendukung, agar penangkapan ikan yang dilakukan nelayan skala kecil untuk perikanan tuna ini terus berlangsung dengan dukungan kebijakan regulasi dan anggaran serta sarana prasarana untuk melengkapi kebutuhan operasional nelayan,” pintanya (*)

Pewarta : Amirullah Usemahu

Editor : Dhino Pattisahusiwa