Covid-19 dan Lumpuhnya Dunia Usaha

Kenyataan tergangunya ekonomi kita bahkan menyentuh ke sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang diperkirakan mengalami nasib yang lebih parah dari krisis tahun 1998. Padahal UMKM suatu bentuk bisnis produktif yang dimiliki oleh perorangan atau badan usaha yang bertujuan untuk memiliki ketangguhan dan dapat menjadi usaha yang mandiri.
Sektor yang menjadi pertahanan ekeonomi kerakyatan dan salah satu langkah peningkatan struktur perekonomian suatu daerah bahkan negara ini, satu demi satu pun tergerus akibat pandemi ini.
Mengutip halaman Inilah.com, disebutkan bahwa berbeda dengan krisis 1998 di mana UMKM mampu bertahan, saat ini akibat pandemi Covid-19, sekitar 50 persen UMKM diperkirakan gulung tikar.
Meski demikian pemerintah berupaya optimal untuk menyelamatkan UMKM dengan berbagai stimulus, agar bisa menekan bertambahnya angka pengangguran dan tingkat kemiskinan.
“Setidaknya 40 survei memperkirakan separuh UMKM tidak akan mampu survive; pemerintah berusaha membangkitkan UMKM dengan berbagai cara karena di sana ada 60 juta pengusaha UMKM, belum lagi jumlah tenaga kerjanya,” kata MenkopUKM Teten Masduki, dalam webinar bertema “Kebangkitan UMKM dengan Entrepreneur Milenial di Era New Normal”, yang diselenggarakan oleh KAGAMA (Alumni UGM), Sabtu (27/6/2020).
Menghadapi pandemi yang sangat meresahkan ini, beberapa kelompok masyarakat bahkan membuat gerakan rakyat bantu rakyat. Gerakan yang awalnya dimulai dengan membantu pembelian APD guna membantu tenaga medis berlanjut hingga gerakan membeli produk-produk UMKM di sosial media. Namun lamanya pandemi yang menghantui, ternyata juga merepotkan pada akhirnya.
Pemerintah melalui Kementrian UKM dan Koperasi mengambil langkah-langkah yang dilakukan untuk membangkitkan UMKM itu antara lain mendorong UMKM menerima bansos, memberikan insentif pajak, relaksasi dan restrukturisasi pinjaman, di mana ada 60,6 juta UMKM yang sudah terhubung dengan lembaga pembiayaan formal.
Selanjutnya, memberikan pinjaman baru, termasuk pada koperasi, mendorong Kementerian dan Lembaga serta pemda menyerap produk UMKM, serta kampanye membeli produk lokal.
“Semua kebijakan itu ditujukan agar daya beli masyarakat bisa tumbuh, sekaligus menggerakkan perekonomian,” kata Teten.
Karena ini adalah pandemi yang berarti penyakit yang menyebar secara global meliputi area yang luas. Dan dampak yang ditimbulkannya sangat memepengaruhi seluruh sendi hajat hidup manusia, mulai dari ekonomi sosial masyarakat danyang lainnya.
Kita beharap sambil terus berdoa kiranya semoga pandemi ini cepat berakhir, apalagi Indonesia sebagai negara yang nomor satu terparah di Asia Tenggara akibat pandemi ini.
Tak bisa dipungkiri suasana kebosanan karena lamanya pandemi, realitas kebutuhan mencari sesuap nasi bagi keluarga, adalah riak-riak yang kita temui saat pandemi ini, Semoga cepat berakhir, dan semoga cepat ditemukan obat ini, biar usai pandemi ini, semoga ! (***)