Di Hadapan Petua Adat, Hentihu Janji Bangun Baileo Megah di Kota Namlea
BERITABETA.COM, Namlea – Calon Bupati Kabupaten Buru, nomor urut 3, Aziz Hentihu menyampaikan komitmennya jika terpilih menjadi Bupati Buru periode 2025 – 2030, akan membangun rumah adat (baileo) megah di Kota Namlea, sebagai symbol penghargaannya sebagai anak adat.
Komitmen ini disampaikan Hentihu saat menghadiri pengukuhan pemangku adat Para Kepala Soa di Desa Widit, Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru, Sabtu (2/11/2024).
Janji politisi PPP Maluku ini seakan direstui para leluhur. Hal ini terjadi, karena saat mendatangi beberapa desa adat, sambil mensosialisasi gagasan membangun Baileo Adat itu, matahari yang tadinya panas terik, tiba-tiba saja dipayungi awan gelap dan tiba-tiba turun hujan.
"Ini pertanda baik ,"singkat Aziz menanggapi perobahan cuaca yang mendadak itu.
Aziz yang juga dikenal sebagai Jou Leisela, akan tampil beda dengan para bupati terdahulu. Sebagai bukti kehadirannya sebagai anak adat, Aziz pun mengumpulkan Jou Petuanan Tagalisa, Jou Petuanan Liliyali, dan Jou Petuanan Kayeli bersama seluruh pemangku adat guna membahas model bangunan Baileo Adat tersebut.
"Katong duduk menentukan model yang cocok dengan filosofi adat, makna-makna adat. Katong libatkan semua,"yakinkan Aziz.
Bangunan Baileo Adat itu akan dibangun berkonstruksi dua lantai. Lantai atas untuk sidang adat empat petuanan di Kabupaten Buru.
Kemudian lantai dasar untuk kantor empat petuanan. Kemudian ada juga museum adat.
Kata Aziz, kalau tanah milik Pemkab Buru masih banyak dan bisa dimanfaatkan salah satu bidang tanah untuk membangun BAILEO ADAT.
"Supaya tamu datang, ada kegiatan adat, katong (kita) tau punya pusat kegiatan di mana.Tamu datang, tamu lihat ini kabupaten yang kental dengan nilai-nilai adat yang penuh dengan pesan kebaikan, pesan ke Indonesiaan, pesan kemajemukan kebhinekaan,"tutur Aziz.
Ia mengaku, adat di tanah Bupolo ini tidak lepas dengan adab, dan sopan santun . Simbol-simbol itu akan terus dilestarikan.
"Nilai nilai ini yang mesti kita jaga. Masa beta sebagai bupati, dan beta juga Jou Leisela tidak bisa bikin sesuatu yang bagus buat adat,"tegas Aziz.
Terkait dengan program penambahan Alokasi Dana Desa 120 juta per desa, Aziz akui kalau alokasi ADD yang ada sudah kurang memadai untuk menalangi berbagai kebutuhan di setiap desa.
Ia sempat menanyakan tunjangan buat tokoh adat di pedesaan yang ternyata masih sangat kecil dan dijawab oleh salah satu kepala Soa hanya satu juta lima puluh ribu per satu triwulan (tiga bulan).
Mendapatkan jawaban itu, spontanitas Aziz berujar kalau tunjangan para kepala Soa itu sangat kecil sekali.
"Beta menginginkan, pemangku adat minimal setiap bulan satu juta per orang,"tegas Aziz.
Aziz mengaku, buat apa ia selaku Jou Leisela lalu menjadi bupati tidak bisa bikin senang para pemangku adat di empat Petuanan.
"Beta malu.Beta sangat malu, Beta mesti melakukan sesuatu yang menandakan bahwa beta sebagai Jou Leisela beda dengan bupati - bupati sebelumnya,"tutupnya (*)
Editor : Redaksi