Bukannya menikmati pertunjukan, penonton malah berlari ke tengah lapangan, berusaha  menghentikan atraksi jumping.

Masyarakat marah. Mereka bergerak mengejar anak - anak muda ini.

"Jangan rusaki stadion kami,"teriak penonton.

Segala batu, kayu apa saja, melayang ke udara, menggiring para pembalap keluar stadion.

Kisah ini ditumpahkan penuh emosi dihadapan  papa, ada haru meletup - letup. Sudut mataku menghangat. Begitu terkesan, seakan abadi dalam lembaran ingatanku.

Stadion itu dibangun berdekatan dengan lokasi Rumah Sakit Umum, sebagai bentuk support  kepada tim sepak bola Tidore.

Binar kebanggaan di mata papa tak bisa disembunyikan, ketika Persis Soasio menjuarai kompetisi tahun 1980 mewakili Maluku untuk laga Piala Suratin di Jakarta. Sebuah turnamen akbar sepak bola setiap dua tahun sekali untuk  pemain di bawah 18 tahun.

Sekalipun tim ini pulang belum membawa oleh - oleh kemenangan, setidaknya nama Persis masuk dalam daftar tim yang diperhitungkan di ajang sepak bola Maluku. Mereka kebanggaan  masyarakat Tidore.

Tak gampang memang menghadirkan sebuah stadion untuk markas tim Persis di pulau Tidore, mengingat dana daerah administratif tidak sebesar kabupatan penuh.

Rapat digelar. Sejumlah pengusaha putra daerah yang sudah mapan papa libatkan.

Om Hadi Hijrah, kontraktor kelas satu saat itu menjadi penyokong dana terbesar. Beliau menurunkan peralatan beratnya. Buldoser itu kemudian mulai merobohkan satu persatu pepohonan di atas lahan.

Siang malam mereka berpacu dengan waktu. Aku ingat ketika malam - malam menemani papa, melihat orang - orang masih terus bekerja, sebab dijadwalkan akan diresmikan bertepatan  dengan pembukaan MTQ.

Tidore mendapat kesempatan menjadi tuan rumah perhelatan seni membaca Al - Qur'an tingkat Provinsi Maluku.

Bantuan Berdatangan

Meskipun hanya berdinding seng bercat hijau, namun terbentang indah rumput berkualitas terbaik. Rapi menghijau dengan lintasan lari melingkarinya.

Gedung olah raga ini akhirnya rampung. Memiliki satu tribun berikut fasilitas ruang ganti di bawahnya.

Malam itu, tumpah ruah masyarakat berjubel di area stadion. Hening sejenak saat mendengar suara sirine bersama dentuman tembakan. Dalam hitungan detik, gemerlap lampu - lampu  berpijar mewarnai momen bersejarah itu.