Jejak Juang 'Si Jago Toea' AM Sangadji
Sangadji adalah anak ketiga dari 4 bersaudara dari orang tua Abdul Wahab Sangadji dan Sitti Saad Pattisahusiswa. Dua tahun setelah ayahnya diangkat menjadi raja Rohomoni 1887, pada 3 Juni 1889 Sangadji lahir di kampungnya. Ibunya adalah putri Raja Negeri Siri Sori Islam bernama Abdul Madjid Pattisahusiwa.
Meskipun bekerja di jawatan pemerintah Belanda, namun Sangadji tidak suka dengan cara Belanda menjajah republik. Sehingga dia seringkali membangkan dalam tugasnya, dan memilih kembali pulang ke kampungnya.
Kemudian pada tahun 1919, Sangadji memilih pindah ke Surabaya masih dalam pekerjaan sebagai Grifeer Landraad. Ia menetap di Gang Blauran IV Surabaya.
Di kota Pahlawan inilah pada tahun 1922 dia bergabung dengan SI bersama Tjokro dan Agus Salim. Dalam SI Sangadji diberi jabatan sebagai Ketua Lajnah Tanfiziah (eksekutuf partai).
Jabatan ini diberikan kepada Sangadji, karena dia dianggap cakap berpidato dan memahami ilmu hukum dengan handal. Bakat yang penting sebagai propagandis republik melalui SI, yang kemudian menjadi PSII.
Hanya 3 tahun bertugas di Landraad Surabaya, dia ditugaskan PSII ke Kalimanatan tepatnya di Tenggarong, pada akhir tahun 1922. Dia mengikuti abangnya Abdoullah yang telah lebih dahulu pindah dari Ambon menjadi Comies Controuler di Kantor Karesiden Kutai Kertanegara. Selama 3 ½ tahun di sana dia membangun kekuatan PSII di Tenggarong, melalui pidato-pidatonya yang membakar semangat kemerdekaan, sehingga jumlah anggotanya ribuan orang.
Selama 3 ½ tahun di Samarinda Sangadji membentuk Balai Pengadjaran Rakyat untuk anak-anak pribumi sekaligus sebagai gurunya. PSII berkembang pesat di Kalimantan karena pengaruh Sangadji.
Menuju Indonesia Merdeka
Sekitar pertengahan tahun 1939, seperti dalam tulisan Oemar Dahlan, Sangadji datang di Samarinda, sebagai tokoh Pemimpin Pergerakan “Penyadar”. Pergerakan “Penyadar” adalah pecahan dari PSII sepeninggalnya Tjokro, dimana Sangadji dan Salim menjadi tokohnya.
Di Tenggarong dia mendirikan Balai Pengadjaran dan Pendidikan Rakjat untuk mengelola Neutrale School untuk menampung anak-anak sekolah dari kalangan Bumiputera.