Semasa membela Ajax, pria yang kini berusia 68 tahun itu mencetak 17 gol dan 33 asis dari 149 penampilannya di semua kompetisi dengan total sumbangan trofi 3x Liga Belanda (1976/1977, 1978/1979, 1979/1980) dan 1x Piala KNVB (1978/1979).

Pada 24 Oktober 1976, ia menjalani debut di tim utama Ajax dengan kemenangan 7-0 atas FC Utrecht.  

Sejak itu, Simon menjadi bagian penting dari masa kejayaan Ajax, meraih tiga gelar Liga Belanda, satu Piala KNVB, dan mencapai semifinal Piala Eropa (1979/1980).

Selain Ajax, Simon juga memperkuat empat klub lainnya yaitu Standard Liege dimana ia mendapatkan gelar 2x Liga Belgia (1981/1982, 1982/1983) dan 1x Piala Belgia (1981), Germinal Ekeren, VAR Beerschot, dan Feyenoord.

Setelah pensiun sebagai pemain, Om Simon berkarier sebagai pelatih, terutama di bidang pengembangan pemain muda. Ia pernah menjadi pelatih di akademi Standard Liège, Germinal Beerschot, dan Ajax.

Selain itu, ia juga mendirikan Simon Tahamata Soccer Academy dan pernah bekerja sebagai pelatih teknik untuk tim muda Al-Ahli di Arab Saudi. Sejak Oktober 2014, ia kembali bekerja di Ajax sebagai pelatih teknik untuk kelompok usia muda.

Tahamata dikenal sebagai salah satu pemain Belanda berdarah Maluku yang sukses di Eropa dan dihormati baik di Belanda maupun Belgia atas kontribusinya di dunia sepak bola.

Ia secara khusus melatih aspek teknis dan pengembangan individu pemain, terutama para pemain sayap, sehingga banyak lulusan akademi Ajax mendapat pondasi teknik yang kuat.

Pendekatan ini sejalan dengan filosofi "Ajax DNA", yaitu menekankan teknik, kreativitas, dan pengembangan talenta sejak usia dini.

Kiprah Om Simon membuat Ajax secara terbuka menyebutnya sebagai ikon klub yang memiliki dampak besar, baik sebagai pemain maupun pelatih.

Kontribusinya dalam membentuk generasi pemain muda mendapat penghargaan tinggi dari klub dan suporternya.

Ingin Majukan Sepak Bola Indonesia

Kini di usia 68 tahun, ketika sebagian besar orang seusianya memilih pensiun penuh dan menikmati masa tua, Om Simon justru memulai babak baru: kembali ke akar, kembali ke Indonesia.

Tanah leluhur yang dulu hanya hadir sebagai cerita di meja makan keluarganya di Vught, Belanda, kini menjadi ladang perjuangan nyata.

PSSI, pada Kamis, 22 Mei 2025, resmi menunjuk Simon Tahamata sebagai Kepala Pemandu Bakat Sepak Bola Nasional Indonesia (Head of Scouting).