Dengan demikian, kegiatan komunitas ini berkembang, tidak hanya sebatas membersihkan daerah pantai, tetapi juga ikut menjaga kelangsungan hutan sebagai paru-paru dunia dengan melakukan penanaman bibit pohon di beberapa lokasi.

Beberapa kegiatan yang pernah dilakukan oleh Lebebae Kids Community antara lain pembersihan beberapa pantai di Desa Amahusu, pembersihan Santai Beach, pembersihan tempat wisata alam Siwang, pembersihan pantai di Desa Latuhalat.

Kemudian, penanaman pohon di beberapa lokasi di Desa Amahusu, penanaman pohon di Siwang, dan yang terkini adalah pembersihan pantai Tanjung Martafons.

Kegiatan lain yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi tentang bahaya sampah plastik kepada pengunjung Pantai Namalatu, sosialisasi internal kepada anggota Lebebae Kids Community terkait berbagai topik yang berkaitan dengan menjaga lingkungan/alam dengan mengundang aktivis lingkungan yang ada di Kota Ambon, daur ulang sampah plastik.

Dalam melakukan kegiatannya, Lebebae Kids Community tidak sendiri, mereka membangun jejaring dengan berbagai pihak seperti misalnya Ocean Crusaders (organisasi pencinta lingkungan dari Australia), Korem 151 Binaiya, Dinas Lingkungan Hidup Kota Ambon, Komunitas The Mulung, Komisi Lingkungan GPM Imanuel Amahusu, Komunitas Terus Jaga Rumah, Nusaniwe Divers Community, dll.

Komunitas ini mendapat berbagai bantuan untuk mendukung kegiatan mereka, baik dalam bentuk finansial, serta dukungan operasional lainnya.

Salah satu hobi dari Kezia yang saat ini tengah duduk di bangku kelas 11 jurusan IPS SMA Lentera Harapan Ambon adalah menyelam.

Saat ini Kezia telah memiliki sertifikat open water diver. Ia pernah tergabung dalam organisasi Anak Cinta Laut, binaan Nusaniwe Diving Community, dimana salah satu kegiatan yang pernah diikuti oleh Kezia dalam organisasi ini adalah penanaman terumbu karang di Pantai Mataru - Amahusu, pantai tempat Kezia dan kawan-kawan bermain, pantai yang menginspirasi Kezia untuk membentuk komunitas-nya untuk berkontribusi pada alam yang lestari.

Sebagai organisasi anak yang baru terbentuk, Kezia dan komunitasnya pun mengalami tantangan/kendala antara lain membagi waktu antara kegiatan komunitas dan kegiatan sekolah/lainnya, kekurangan fasilitas pendukung kegiatan, perbedaan pendapat antar anggota, atau anggota yang kurang bersemangat.

Untuk mengatasinya, Kezia dan teman-teman komunitas berkomitmen untuk memprioritaskan penyelesaian tugas-tugas sekolah sebelum mengikuti kegiatan, membangun jejaring dengan berbagai pihak untuk bekerjasama dalam berkegiatan, membangun rasa saling menghargai, mendukung dan pengertian antar sesama anggota komunitas.

Kezia dan komunitasnya berharap ke depannya mereka bisa menjadi contoh bagi semua orang dewasa dan menginspirasi lebih banyak anak-anak seusia mereka untuk ikut menjaga bumi agar tetap layak ditinggali melalui aksi-aksi kecil seperti angkat sampah dan tanam pohon untuk bumi yang lebebae (*)

Editor : dhino pattisahusiwa