Setelah semua urusan beres di Belanda, JH Wattimena kembali ke tanah air. Dalam manifes kapal yang diberitakan Algemeen Handelsblad,  06-09-1884 terdapat nama JH Wattimena.

Kapal Prins van Oranje yang ditumpangi JH Wattimena berangkat dari Amsterdam menuju Batavia pada tanggal 6 September 1884. Sekali lagi, dalam daftar penumpang ini tidak ada nama pribumi selain JH Wattimena. Ini menunjukkan bahwa sejauh itu, orang pribumi ke Belanda adalah suatu prestasi atau pengalaman sendiri.

Di Batavia, JH Wattimena kemudian menghadap Gubernur Jenderal, sebagaimana dulu tahun 1861 Willem Iskander menghadap Gubernur Jenderal sepulang dari Belanda. Tidak lama kemudian kemudian, sebelum kapal yang membawa JH Wattimena tiba di Ambon, sudah keluar beslitnya (surat keputusan) untuk ditempatkan sebagai guru di Kweekschool Ambon.

Setelah JH Wattimena kembali ke Ambon, selesai sudah perjuangannya menempuh studi, jauh ke negeri Belanda.   Ada jarak waktu yang cukup jauh selama 24 tahun ketika Willem Iskander mendapatkan akta guru pada tahun 1860 dengan tahun 1884.

Dalam rentang waktu tersebut sudah dikirim guru muda; Banas Lubis, Sasmita, Soerono. Namun ketiga tidak kembali karena meninggal dunia. Setelah itu, sebelum ME Anakota dan JH Wattimena tiba di Belanda, dua guru pernah dikirim yakni Ardi Sasmita dan Si Hamsah tetapi keduanya gagal dan harus kembali ke tanah air.

Di luar Willem Iskander, pemgiriman guru pada tahun-tahun permulaan semuanya gagal: empat meninggal dunia, satu gagal dan satu berhasil sebagian (Ardi Sasmita).

Lalu kemudian pengiriman pada tahun-tahun terakhir (setelah kepulangan JH Wattimena) terbilang sukses sebanyak lima orang, yakni: Raden Kamil, Raden Soejoed, Darma Koesoema, E. Kandouj dan J. Ratulangi. Semua yang dikirim tersebut atas biaya negara. Mereka semua di Belanda berada di bawah pengasuhan guru Kepala Sekolah di Amsterdam, D. Hekker.

Pidah ke Probolinggo

Pada tahun 1886 JH Wattimena dipindahkan dari Kweekschool Ambon ke Kweekschool Probolinggo. Sekolah guru yang masih ada saat ini adalah sekolah guru di Fort de Kock dan di Padang Sidempoean (Sumatra), di Bandoeng dan di Probolinggo (Jawa), Bandjarmasin (Kalimantan), Makassar (Sulawesi) dan Ambon (Maluku).

Kweekschool Probolinggo bersama Kweekschool Padang Sidempoean adalah sekolah guru terbaik di Hindia Belanda. Saat itu, Direktur Kweekschool Padang Sidempoean adalah Charles Adrian van Ophuijsen. Sebelumnya, Charles Adrian van Ophuijsen adalah guru di Kweekschool Probolinggo dan kemudian dipindahkan ke Kweekschool Padang Sidempoean pada tahun 1881.

Charles Adrian van Ophuijsen adalah anak dari JAW van Ophuijsen, pendiri sekolah guru di Fort de Kock tahun 1856. Willem Iskander sebelumnya diproyeksikan akan menjadi direktur Kweekschool Padang Sidempoean tahun 1879, namun setelah selesai mendapat akta kepala sekolah di Belanda pada tahun 1876 meninggal di Belanda.  Pada tahun 1879 yang menjadi direktur Kweekschool Padang Sidempoean adalah Mr. Harmsen (lalu kemudian digantikan oleh Charles Adrian van Ophuijsen) (*)

Pewarta : Dhino Pattisahusiwa

Catatan : Tulisan ini disadur dari hasil kompilasi penulis Matua Harahap (http://poestahadepok.blogspot.com/2018/12/sejarah-kota-ambon) berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.