Faktor lainnya, beban yang harus ditanggung misionaris tidak sepadan dengan yang dibutuhkan, banyaknya guru yang tidak mendapat gaji (sementara guru-guru pemerintah mendapat gaji) menjadi kurang bersemangat yang pada gilirannya siswa dan orangtua merasa tidak puas. Tentu saja karena penduduk Residentie Ambon (Ambon, Haroekoe, Saparoea) juga banyak yang beragama Islam.

Rencana pemerintah enam tahun kemudian, tepatnya 1870 baru muncul. Pemerintah berencana untuk meningkatkan pengadaan guru dengan membuka sekolah guru (kweekschool) di Ambon tahun 1874.

Sekolah guru pemerintah ini memang dari awal dimaksudkan untuk menggantikan sekolah guru yang telah lama dirintis oleh NBJ Roskott. Sebelum sekolah guru di Ambon dibuka, sudah terlebih dahulu dibuka sekolah guru di Tondano pada 1873.

Rencana pemerintah dalam bidang pendidikan tahun 1870 pada intinya dua hal: Pertama, peningkatan jumlah guru dengan memperbanyak sekolah guru (kweekschool). Setelah sekolah guru diselenggarakan sebanyak empat buah (Soeracarta, sejak 1851; Fort de Kock, 1856; Tanobato, 1862, Bandoeng, 1866) akan disusul pembukaan sekolah guru di Tondano, Ambon, Probolinggo, Banjarmasin dan Makassar.

Kedua, peningkatan kualitas sekolah dan kualitas guru. Terdapat tiga sekolah guru yang akan ditingkatkan, yakni Kweekschool Soeracarta ditutup dan akan dibangun sekolah guru yang lebih besar di Magelang; Kwekschool Tanobato ditutup dan sebagai penggantinya akan dibuka sekolah guru yang lebih besar di Padang Sidempoean (ibukota Afdeeling Mandailing en Angkola); Kweekschool Bandoeng yang sudah memiliki gedung yang baik hanya untuk meningkatkan kualitas gurunya.

Oleh karena itu, tiga guru muda segera dikirim studi ke Belanda, yakni Barnas Lubis dari Tapanoeli yang akan ditempatkan di Kweekschool Padang Sidempoean yang akan dibuka pada tahun 1879; Raden Soerono guru di Soeracarta akan ditempatkan di sekolah guru yang baru di Magelang; dan Ardi Sasmita, guru di Madjalengka yang akan ditempatkan di Bandoeng.

Ketiga guru ini dipimpin oleh Willem Iskander, yang mana di Belanda sambil membimbing guru muda juga mengikuti pendidikan untuk mendapatkan akte kepala sekolah.

Willem Iskander akan ditempatkan sebagai Kepala Sekolah di Kweekschool Padang Sidempoean. Penutupan Kweekschool Tanobato bersamaan dengan persiapan keberangkatan Willem Iskander studi (yang kedua) ke Belanda. Willem Iskander dan tiga guru muda berangkat dari Batavia pada bulan April 1875. .

JH Wattimena Lulus di Belanda

Kweekschool Ambon dibuka tahun 1874. Salah satu siswa yang diterima adalah JH Wattimena. Tidak ada kesulitan bagi JH Wattimena dan lulus tepat waktu. Bataviaasch handelsblad, 08-08-1878 memberitakan pengangkatan JH Wattimena sebagau guru dan ditempatkan di Allang (Negeri Alang).