Catatan : Dhino Pattisahusiwa

Sydney Football Stadium,  Kamis 20 Maret 2025, menjadi saksi bisu catatan sejarah panjang perjalanan Timnas Indonesia  di pentas sepak bola dunia.

Tampil penuh optimis Timnas Indonesia, awalnya  benar-benar membuat gemetar suporter Australia yang menyaksikan tim kesayangan mereka berlaga di Sydney.

Kejutan-kejuatan yang diberikan Garuda di awal laga, sempat membuat panik tim asuhan Tony Popović.

Sundulan Jay Idzes yang mengarah ke gawang dan tendangan penalti Kevin Diks benar-benar membuat Australia bergidik.

Sayangnya, Matthew Ryan tampil bagus dan melakukan penyelamatan super saay menepis sundulan Jay Idzes.

Selain itu, Kevin Diks dinaungi ketidakberuntungan saat tendangan penaltinya membentur tiang gawang.

Setelah membuat Australia gemetar di 15 menit awal, situasi berubah jadi runyam.

Jutaan raut wajah pecinta sepak bola Indonesia dibuat lesu, lantaran Garuda tak mampu mengepakkan sayap saat dikekang Socceroos (julukan Australia).

Hasil ini seakan menguburkan ekspektasi jutaan jiwa penduduk Indonesia untuk melihat Garuda,  besutan Patrick Kluivert menjadi tim unggulan yang akan lolos ke Piala Dunia 2026.  

Sebuah fakta yang memang belum bisa diterima. Bagaimana tidak?, di atas kertas Jay Idzes dan rekan-rekannya  menjadi yang termewah di Asia.

Pertahanan Garuda yang diturunkan Patrick Kluivert itu memiliki nilai ratusan miliar rupiah.

Hilgers menjadi pemain termahal dengan harga sembilan juta euro. Jika diakumulasikan, total barisan bek Indonesia ada di angka 20,8 juta euro, atau setara Rp 371,9 miliar.

Inilah sepak bola, bukan nilai yang menjadi penentu, tapi strategi yang harus dimaiankan dalam sebuah laga.

Benar adanya apa yang disampaikan pengamat sepak bola tanah Kusnaeni. Bung Kus menilai  Patrck Kluivert gagal memanfaatkan potensi besar skuad Indonesia.

Simak saja sosok-sosok seperti Jay Idzes, Kevin Diks, Mees Hilgers, Calvin Verdonk dan juga Marten Paes di laga semalam seperti  tidak berdaya.

Gol pertama Martin Boyle di kotak penalti pada menit ke-18, seakan membuka kran gol yang merobohkan benteng kokoh timnas Indonesia.

Makin kacau line pertahanan Garuda, setelah Nishan Velupillay kembali membobol gawang yang dijaga Paes, kemudian Jackson Irvine (2 gol), dan Lewis Miller yang terus menambah pundi-pundi kemenangan Socceroos.

Alhasil,  laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 babak ketiga Grup C antara Australia vs Indonesia itu, berakhir dengan skor yang cukup mencolok 5 : 1.

Sebuah selisih yang tak terbayangkan sebelumnya. Padahal, Australia boleh dikata tidak menurunkan lima pemain intinya karena cedera.   

Kekalahan dari Australia menjadi catatan kelam sejarah sepak bola kita. Dari  21 pertemuan, Indonesia hanya mampu meraih satu kemenangan, empat kali imbang, dan menelan 16 kekalahan.

Dan empat kali kekalahan Timnas Indonesia terjadi di bulan Maret. Kekalahan di kandang Australia juga menjadi momok tersendiri bagi Tim Garuda, terutama saat bertanding di bulan Maret.

Berdasarkan catatan RSSSF, Indonesia mengalami tiga kekalahan dari Australia di bulan Maret.

Pada 13 Maret 1973, Indonesia kalah 1-2 dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 1974. Kemudian, pada 24 Maret 1973, skuad Garuda harus menerima kekalahan telak 0-6 di Sydney.

Terakhir, pada 29 Maret 2005, dalam laga persahabatan di Perth, Indonesia kembali takluk 0-3 dari Australia. Sepertinya Maret menjadi kelabu bagi Timnas Indonesia (*)