Menggali Potensi Pangan Lokal Maluku

Oleh : Nilfar Ruaida, S.KM., MPH (Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Maluku)
Data dari Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menyebutkan Indonesia memiliki potensi bahan pangan lokal sangat besar yang bisa diolah untuk memenuhi kecukupan gizi pada anak dan orang dewasa.
Terdapat sebanyak 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75 jenis pangan sumber protein, 110 jenis rempah dan bumbu, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 26 jenis kacang-kacangan, dan 40 jenis bahan minuman.
Dengan potensi bahan pangan yang sangat besar itu, masyarakat Indonesia seharusnya sangat mampu untuk melakukan diversifikasi pangan, yaitu tidak terpaku pada satu jenis makanan pokok saja, termasuk dalam memenuhi kebutuhan gizi anak.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi dalam ulasannya yang dilansir Republika.co.id, Kamis 16 Jul 2020, menyebutkan, beberapa bahan pangan lokal Indonesia yang memiliki potensi cukup tinggi antara lain ubi kayu atau singkong, ubi jalar, jagung, sorgum, talas, ganyong, gadung, gembili, garut, porang, hanjeli, dan hotong.
Ubi kayu dibudidayakan di Indonesia dengan luasan lahan mencapai 628 ribu hektare dengan produksi per tahun mencapai 16,35 juta ton, sedangkan tanaman sorgum dibudidayakan pada lahan seluas 15.356 hektare di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Begitu juga untuk komoditas Sagu dan ikan di Maluku. Keduanya tidak kalah besar potensinya.
Sebuah hasil kajian yang dilansir Forum Kerjasama Agribisnis menyebutkan, dari sisi ekonomi, jika Indonesia mau membudidayakan sagu dan memanfaatkan pengelolaannya secara maksimal dalam memproduksi tepung sagu, maka dalam jangka waktu sekali panen, industri tepung sagu dengan kisaran harga Rp. 2.400 per kilo gramnya saja, sudah mampu menyumbang pendapatan kotor dikisaran 4 trilyun rupiah.
Metroxylon termasuk sumber kekayaan Indonesia. Ada satu juta hektar hutan sagu yang tersebar di beberapa provinsi atau menguasai 51.3% hutan sagu di dunia. Dan Maluku memiliki hutan sagu yang cukup potensial.
Sagu memiliki kandungan kalori sebesar 353 kkal per 100 gram, mengalahkan sorgum yang hanya mengandung 332 kalori, sedangkan beras mengandung 360 kalori, tetapi mengandung protein dan vitamin yang lebih tinggi.
Meski kaya akan sumber protein, karbohidrat dan kalori, namun pemanfaatan pangan lokal masih belum maksimal dilakukan. Faktanya, Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lenny N Rosalin mengatakan konsumsi kalori anak-anak di Indonesia masih cukup rendah.
Ada sebanyak 9,87 persen anak usia nol hingga 17 tahun mengonsumsi kalori kurang dari 1.400 kilokalori," katanya.
Lenny menyebut, pemenuhan gizi yang tidak baik dan seimbang kepada anak menyebabkan sejumlah permasalahan kesehatan anak, yaitu kekurangan zat besi atau anemia, stunting, kurang energi kronis, dan kegemukan atau obesitas.
Berbagai problematik terkait pemanfaatan pangan lokal inilah yang menjadi salah satu alasan bagi, Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Maluku untuk memasukkan dalam sebuah mata kuliah.
Hasilnya, sejak Semester Genap Tahun Akademik 2014/2015 Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Maluku mulai memasukkan mata kuliah institusi Teknologi Pangan Lokal sebanyak 2 SKS.
Hal ini untuk mewujudkan Visi, Misi dan Tujuan Jurusan Gizi yaitu melaksanakan penelitian di bidang gizi masyarakat dan pengembangan bahan pangan lokal dari daerah kepulauan serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di bidang gizi masyarakat dan penerapan teknologi pangan lokal.
Mata kuliah Teknologi Pangan Lokal membahas tentang produk pangan yang berasal dari bahan /ingredients yang terdapat secara alami. Produk pangan/makanan fungsional tersebut dapat dan selayaknya dikonsumsi sebagai pangan diet atau makanan sehari-hari, serta produk tersebut mempunyai fungsi tertentu pada waktu yang dicerna.
Selain itu, juga memberikan peran dalam proses tubuh (memperkuat sistem pertahanan tubuh, mencegah penyakit tertentu, membantu tubuh mengembalikan kondisi setelah diserang penyakit tertentu, menjaga kondisi fisik dan mental serta memperlambat proses penuaan ).
Mata kuliah Teknologi Pangan Lokal berhubungan dengan Teknologi Pangan, Ilmu Pengetahuan Mutakhir Pangan dan Gizi, Pengawasan Mutu Pangan dan Manajemen Mutu Pangan Industri yang sangat berguna untuk menambah pengetahuan juga sebagai bekal di lapangan apalagi membuka usaha baru dengan penerapan kewirausahaan.
Dalam beberapa pokok bahasannya mencoba menggali potensi bahan pangan lokal Maluku sehingga mahasiswa dituntut kreativitas dan inovasinya agar produk yang dihasilkan bisa dipromosikan dan dijual.
Untuk menumbuhkan minat mahasiswa terhadap Teknologi Pangan juga dianjurkan membuat topik/judul Karya Tulis Ilmiah berbasis Pangan Lokal sebagai persyaratan penyelesaian pendidikan di Program Studi DIII Gizi Poltekkes Kemenkes Maluku.
Mereka bisa menghasilkan produk inovatif yang bisa dikembangkan menjadi penelitian bersama dosen sehingga dapat dipatenkan. Para dosen pun berpacu dalm penelitiannya melalui Riset Pembinaan Tenaga Kesehatan (Risbinakes) maupun penelitian mandiri dengan mengambil topik Teknologi Pangan sehingga menghasilkan suatu produk unggulan.
Semua usaha ini juga untuk memberi nilai tambah pada penilain akreditasi program studi. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Maluku selalu berupaya mengembangkan Kurikulum pendidikan terutama Pemanfaatan Pangan Lokal ini melalui workshop, keikutsertaan dalam Webinar tingkat Poltekkes Maluku maupun Poltekkes lain seluruh Indonesia untuk memperkaya wawasan dan terus meng- up date kemutahiran ilmu teknologi pangan dan gizi kesehatan.
Untuk itu Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Maluku menyelenggarakan Kuliah Pakar untuk menunjang kemampuan lulusan dalam melaksanakan pengolahan makanan berkualitas, penilaian mutu produk pangan/gizi dan pengembangan gizi kuliner untuk mengatasi permasalahan gizi spesifik berdasarkan bukti ilmiah baik baku maupun tidak, serta memiliki kemampuan pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha.
Salah satu kegiatan itu telah digelar pada Rabu, 8 Desember 2021. Jurusan Gizi telah melaksanakan Kuliah Pakar dengan menghadirkan narasumber dari Institut Pertanian Bogor [IPB] Prof Hany Wijaya selaku pemilik hak paten Cajuput Candy yaitu permen dari daun kayu putih yang memang bahan aslinya berasal dari Pulau Buru.
Hasil produk ini bahkan laris masin di masa pandemi karena penjualannya meningkat karena membantu pasien Covid-19 sebagai alternatif pelega pernafasan dan juga sebagian besar hasil penjualan permen ini didonasikan untuk keperluan penanganan pandemi.
Narasumber lainnya adalah Nike L. Mantovani, ST seorang pengusaha muda/entrepreneur yang melihat peluang besar untuk pemanfaatan ikan yang melimpah di Bumi Maluku untuk dijadikan Abon, dendeng dan sambal kemasan. Produknya sudah terkenal dengan merk dagang CV Nacha.
Kedua narasumber sama-sama berpesan kepada para mahasiswa terutama orang Maluku sendiri untuk selalu mencintai alamnya yang telah memberikan banyak manfaat yang bisa terus digali dan dimanfaatkan bagi sesama. Tanpa mengenal lelah, jatuh bangun hal biasa, tetapi disitulah pembelajaran itu akan terus dilaksanakan sampai mendapatkan hasil yang maksimal (*)