BERITABETA.COM, Ambon – Nelayan tradisional di Kabupaten Kepulauan Aru mengaku kesulitan mendapatkan Bahan Bakar Minyak [BBM] jenis solar dan minyak tanah untuk menunjang aktivitas mereka.

Mendapat keluhan ini, DPRD Maluku menilai keberadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum [SPBU]  nelayan merupakan salah satu solusi untuk membantu nelayan tradisional di daerah tersebut.

Ketua Komisi II DPRD Maluku, Saudah Anakotta/Tethol mengaku, nelayan di Kepulauan Aru sangat sulit mendapatkan BBM untuk jenis minyak tanah dan solar.

“Meraka harus melalui mekanisme yang panjang dalam hal mengurus perizinan, mulai dari mendapatkan keterangan Dinas Kelautan dan Perikanan sampai keluar rekomendasi ke Disperindag baru ke Pertamina," katanya di Ambon, Senin (20/6/2022).

Aspirasi para nelayan tradisional ini disampaikan saat Komisi II DPRD Maluku melakukan agenda pengawasan di Kabupaten Kepulauan Aru. Daerah tersebut memang kaya akan ikan karena perairannya termasuk Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 718, yakni di Laut Arafura.

Menurut dia, ini mekanisme yang panjang dan sangat menyulitkan masyarakat, perlu dipertimbangkan ada pihak ketiga yang bisa mendirikan satu stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN) bagi nelayan pesisir bila itu memungkinkan.

Kemudian dari pengusaha, mereka minta ada revisi Perda menyangkut sektor perikanan karena dinilai terlalu mahal, namun DPRD provinsi menganggap Perda itu masih rasional.

 

 

"Buat kami sebagai wakil rakyat sebaliknya menilai biaya tambat-labuh terlalu murah bagi pengusaha ikan," ucap Saudah.

Karena dari sektor perikanan ini, daerah tidak mendapatkan apa-apa seperti penjualan ekspor ikan misalnya, kecuali dari tambat-labuh ini.

Apalagi belum ada payung hukum yang mengatur soal label ikan dapat berapa persen dari kegiatan ekspor.

Untuk masalah BBM di Kepulauan Aru, memang ada ketimpangan luar biasa karena dari OPD harus membuat estimasi kebutuhan BBM seberapa banyak baik DKP untuk para nelayan, maupun dinas perhubungan untuk masalah transportasi laut.

Apalagi di Kepulauan Aru itu sangat tinggi aktivitas transportasi laut karena terdiri dari pulau-pulau dan menguras BBM.

"Makanya akan kita tanyakan lagi berapa kuota BBM untuk nelayan dan berapa transportasi daratnya," kata Saudah (*)

Editor : Redaksi