Sejak Januari 2016 lalu, menurut data Kementerian ESDM, pemerintah telah berhasil dalam program konversi minyak tanah LPG atau Elpiji 3 kilogram (Kg).  Program konversi yang telah berjalan sejak 2009 sampai tahun 2016, telah  menghemat uang negara hingga Rp 189 triliun.

Penghematan ini didapat dari beban subsidi yang dikeluarkan negara minyak tanah lebih besar dari Elpiji. Berdasarkan penggunannya, Elpiji lebih efisien dibandingkan minyak tanah.

Dengan rincian perhitungannya setiap satu liter minyak tanah setara dengan 0,57 Kg Elpiji. Dengan adanya konversi ke elpiji 3 kilogram, anggaran subsidinya pun berkurang.

Meski program konversi belum bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia, namun penghematannya sudah cukup besar. Pada 2008 volume subsidi untuk minyak tanah mencapai 8 kiloliter (KL), kemudian menurun hingga tahun 2016  hanya 700 ribu KL.

Pemanfaatan gas dalam memenuhi kebutuhan industri dalam negeri terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.  Tahun 2021, sektor industri tercatat sebagai konsumen terbesar dengan menyerap 1.597,44 BBTUD atau 28,22 persen dari total pemanfaatan gas produksi nasional.

Setelah itu, pabrik pupuk menyerap 705,03 BBTUD atau 12,45 persen, kelistrikan 681,50 BBTUD atau 12,04 persen, dan domestik liquified natural gas (LNG) 504,51 BBTUD atau 8,91 persen. Angka-angka ini setidaknya menjadi alasan kuat, kenapa konversi BBM ke gas menjadi satu kebutuhan yang tak bisa dihindarkan.

Sadar akan keengganan masyarakat Maluku dalam menerima perubahan ini, Anggota Komisi VII DPR RI Mercy Barends mengaku telah membahas kemungkinan ini bersama PT. Pertamina (Persero) Cabang Ambon.

Dalam rapat bersama yang digelar Kamis 21 Oktober 2021 di Ambon,  politisi PDI-Perjuangan itu meminta Pertamina agar gencar memulai skenario untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait penggunaan gas Elpiji ini.

Alasannya,  masalah ‘paranoid’ yang dialami masyarakat adalah sebuah sifat manusiawi dan ini tak bisa dihindari dalam sebuah upaya mensukseskan program strategis dari pemerintah.

Like and dislike pastinya masyarakat di Maluku akan menuju kesana. Apalagi tahun ini, Pertamina telah menargetkan pasar penyaluran Elpiji Non PSO [Public Service Obligation]  atau non subsidi ini dengan menyasar tiga pulau besar di Maluku. Pulau Ambon, Seram dan Buru akan menjadi pasar pertama yang dijajaki oleh Pertamina.