Pekerjaan Talud Ambruk di Pantai Gumumae Pakai Sistem ‘Ketok Magic’

BERITABETA.COM, Bula — Ambruknya proyek pembangunan talud di Pantai Gumumae, Kota Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) terus menjadi buah bibir publik setempat. Banyak pihak menilai proyek ini dikerjakan asalan, karena konstruksinya yang tidak memadai. Ada juga yang menilai perencanaan yang kurang matang.
Apesnya proyek yang masih menjadi tanggungjawab pihak kontraktor itu berulangkali rusak. Alhasil, PT. Julion Jaya Pratama sebagai kontraktor pelaksana terpaksa harus tetap menjalankan tugas pemeliharaannya dengan menggunakan sistem ala ketok megic (terus memperbaiki kerusakan seadanya).
Informasi yang berhasil diperoleh media ini, proyek yang baru rampung dikerjakan Oktober 2020 dengan nilai nilai Rp1 Miliyar lebih itu kembali rusak pekan lalu.
“Ada kerusakan yang baru terjadi kemarin dulu” ungkap sumber yang enggan namanya disebut itu, pada Jumat (29/01/2021).
Sementara Kepala Inspektorat SBT Nasarudin Tianotak kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (01/02/2021) mengaku sudah berulangkali memanggil pihak konsultan, namun tidak pernah digubris.
“Meskipun pemanggilan yang dilakukan itu masih bersifat persuasif, suru dia datang, sampai sekarang tidak pernah datang” cetus Tianotak
Pada sisi pengawasan, mantan Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Unpatti itu mengungkapkan pekerjaan Talud Pantai Gumumae tidak memenuhi kualifikasi teknis.
Dia juga mempertanyakan kedalaman galian yang hanya 60 cm dengan struktur pantai yang berpasir itu. Bahkan dirinya beberapa kali meminta gambar untuk pencocokan namun pihak konsultan tidak memberikan.
“Suru panggil dia itu berkali-kali. Beta minta gambar sampai sekarang seng bisa kasih tunju” ungkapnya.
Informasi lain yang dihimpun, masa pemeliharaan proyek Talud Pantai Gumumae akan berakhir pada Juni mendatang. Soal ketahanan dan kekuatan bangunan, Tianotak masih meragukan.
“Beta lihat dari sisi teknis, pemeliharaan selesai, itu barang seng akan bertahan. Kan kerja di bawa ini tambal sulam terus itu” kata Tianotak.
Tianotak juga mengaku, sesuai amatannya di lapangan sejak pagi tadi, dirinya mengaku mendaptkan informasi dari para pekerja, pada ujung bawa ada patahan diperkirakan sekitar 40 meter.
“Kenapa sampai begitu gampang patah, berarti perencanaannya yang keliru” tutup Tianotak (BB-AZ)